Social Icons

Jumat, 11 Februari 2011

Kisah SMP


Aku mengenal dunia ini saat umurku masih sangat muda sekali. Namaku Andi, ini berawal saat umurku 12 tahun. Setelah aku tamat SD pada tahun 1994 aku berniat melanjutkan ke SLTP. Akan tetapi karena di desaku tempatnya terpencil di Propinsi Lampung tidak terdapat SLTP, aku terpaksa sekolah di tempat kakakku di kota kecil yang bernama Kota Bumi. Sebenarnya bisa saja aku langsung sekolah di Bandar Lampung di tempat kakakku yang lain, maklum kami berjumlah 7 bersaudara dan kebetulan aku anak bungsu. Namun entah mengapa aku mempunyai firasat yang mengatakan bahwa jika aku sekolah di Kota Bumi aku akan menemukan kebahagiaan. Setelah sampai di rumah kakakku, aku dikenalkan kepada anak angkatnya yang secara otomatis keponakan angkatku sendiri. Dia anak laki-laki yang bernama Anto umurnya 3 tahun lebih tua dariku, namun karena dia terlambat masuk masuk sekolah jadi ia baru kelas 2 atau tepatnya kakak kelasku. Kebetulan kami satu sekolah dan juga aku satu kamar dengan dia. Kami berdua cepat akrab dan selalu bersama setiap saat dan setiap waktu dengan bahagia. Hubungan kami sangat sangat erat lebih dari saudara. Ia selalu menemaniku, menghiburku disaat aku sedih, dan begitu pula sebaliknya. Sehingga tak jarang kami digosipkan yang yang tidak-tidak, baik itu di sekolah atau di lingkungan tempat kami tinggal, tapi kami hanya menganggap hal itu sebagai angin lalu, dan tetap melakukan aktivitas seperti biasanya.

Karena di Kota Bumi jika musim kemarau susah air, maka kami tak jarang mandi di sungai. Sering kami bedua mandi telanjang dan selalu memperhatikan kemaluan kami masing-masing. Walaupun batang kemaluannya dalam keadaan tidak tegang namun cukup besar. Lama kelamaan ada rasa suka dalam diriku kepadanya dan tampaknya dia pun begitu namun kami hanya bisa menyembunyikan rasa suka kami. Sehingga jika kami tidur aku sering menggodanya dengan cara memancingnya untuk membicarakan hal-hal yang merangsang, dan hal itu memang berhasil, karena sering kulihat ia menikmatinya. Dan tak jarang batang kemaluannya menegang dan ia bahkan menuntun tanganku untuk membelai batang kemaluannya yang memang cukup besar. Kami juga sering berciuman dan saling meraba dan memegang batang kemaluan kami secara berlawanan. Bahkan aku sudah mulai berani mencium batang kemaluannya tapi masih jijik untuk melakukan oral. Hal itu sering kami lakukan tiap malamnya tetapi hanya sebatas meraba dan berciuman, karena saat itu mungkin kami sama-sama belum sadar jika kami berdua adalah gay dan juga ditambah dengan keluguan kami yang tidak mengetahui cara berhubungan antar sesama lelaki.

Tak terasa 3 tahun sudah aku tinggal di sana dan aku juga sudah menyelesaikan sekolahku tingkat SLTP. Aku harus ke Bandar Lampung untuk melanjutkan sekolah tingkat SMU. Sejak saat itu aku jarang ke Kota Bumi karena aku sibuk dengan tugas dan kegiatanku yang baru. Namun pada saat umurku 17 tahun yaitu awal Maret tahun 1999 aku diminta menemani ayahku ke Kota Bumi. Sesampainya di sana, aku kaget melihat Anto karena ternyata ia tumbuh menjadi pria yang gagah dan ganteng. Hatiku berdegub saat aku tahu kalau aku akan tidur dengannya malam itu. Ketika hari telah menunjukkan pukul 20:00 WIB aku masuk kamar duluan untuk tidur duluan karena perjalanan yang cukup panjng membuatku lelah dan mengantuk. Namun aku sulit untuk memejamkan mata karena aku terus teringat kepadanya dan terus memikirkannya. Tidak berapa lama kemudian Anto masuk dan menutup pintu. Jantungku semakin berdegub kencang. Ia lalu mematikan lampu sehingga yang kelihatan hanyalah kegelapan. Tidak berapa lama kemudian ia berbaring di sampingku. Kemudian ia mengeluarkan sepatah kata, "Malam ini dingin ya," ujarnya. Aku hanya diam saja. Namun tak berapa lama kemudian kurasakan tangannya memegang tanganku dan menuntunku untuk memegang batang kemaluannya yang ternyata dia sudah tidak berbusana lagi. Aku belai batang kemaluannya yang panjang dan besar, ia pun mengerang keenakan. Kemudian ia melepaskan seluruh pakaianku setelah itu ia langsung menindihku sehingga batang kemaluan kami yang sudah sama-sama tegang bersenggolan. Ia mencium mulutku, kupingku, dan segala anggota tubuhku basah karena dijilatnya. Aku yang pertama melakukannya heran seganas itu tapi dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku sungguh senang.

Kami sama-sama mengerang keenakan. Apalagi saat mulutnya mengulum kemaluanku, gerakan kepalanya yang maju mundur membuatku merasa kenikmatan yang tiada taranya. Ketika aku keluar semua spermaku disedotnya namun tidak ditelannya melainkan ditumpahkannya ke batang kemaluannya dan sebagian ke diusapkannya kepantatku kemudian jari tengahnya masuk ke lubang pantatku agar lubang anusku licin. Aku mengerti maksudnya lalu aku bangun dan duduk di atas perutnya kutuntun batang kemaluanku masuk ke lubang anusku. Ketika mulai masuk aku mengerang kesakitan dan hendak akan bangun namun dia mencegahku. Lalu perlahan-lahan aku mulai menurunkan pantatku. Walaupun sakit kutahan dan hanya sampai setengah batang kemaluannya yang masuk, aku mulai menaik dan menurunkan pantatku gerakan itu kulakukan berulang-ulang walaupun aku merasakan rasa sakit yang luar biasa tapi lama kelamaan hal tersebut membuatku terbiasa dan mulai biasa menikmatinya. Dan tidak berapa lama kemudian dia memintaku untuk mempercepat gerakanku. Aku mengerti kalau dia akan keluar, benar saja tidak berapa lama kemudian dia keluar dan aku bisa merasakan spermanya tumpah dalam anusku. Setelah itu aku berbaring di sampingnya.

Aku lalu mengambil sarung dan kusuruh dia masuk ke sarungku. Kami tidur dalam keadaan bugil dalam satu sarung. Keesokan harinya aku kembali ke Bandar Lampung. Sesampainya aku di Bandar Lampung aku terus teringat dan selalu membayangkannya. Rasa rinduku yang begitu besar tak bias kutahan. Pada hari Sabtu sepulang sekolah aku ke Kota Bumi.

Ketika aku sampai, kakakku heran karena tak biasanya aku ke Kota Bumi seseriang itu, lagi pula jarak antara Kota Bumi dengan Bandar Lampung cukup jauh yaitu harus ditempuh dengan 3 jam perjalanan. Tetapi dengan berbagai alasan aku menjawabnya dan kakaku bisa menerimanya. Malam harinya sebelum tidur aku nonton TV bersama Anto, dia berbisik kepadaku, "Kamu kangenkan sama aku," godanya. Aku hanya diam menyembunyikan rasa maluku. "Jangan malu, aku juga kangen kok," bisiknya lagi. Yang aku sambut dengan senyum bahagia. Tak terpikirkan olehku ternyata dia juga menyukaiku. Ketika malam sudah larut kami masuk kamar. Di dalam kamar itu tanpa basa-basi lagi aku langsung menarik tangnnya dan lalu mencium mulutnya dan melepaskan pakaiannya. "Sabar dong Di!" bisiknya. Tapi hal itu tidak aku hiraukan. Ia pun menurutiku bahkan dengan ganas membalas ciumanku. Sambil terus berciuman ia melepaskan pakaianku. Setelah kami sama-sama bugil, kucium leher, dadanya yang bidang, ia pun mengerang keenakan dan menyuruhku untuk terus melakukannya. Lalu kukulum batang kemaluannya dan sekali-kali kukocok. Ia mengerang keenakan sambil terus membimbingku agar ke tempat tidur.

Anto menjambak rambutku, "Terus Di! Aku mau keluar nih.." erangnya. Kupercepat gerakanku berulang-ulang. Sehingga ia keluar dan spermanya muncrat ke mulutku. Aku tidak menelannya hanya kubiarkan tumpahkan di mulutku tanpa ada yang tumpah di lantai. Kemudian aku bergerak menimpa tubuhnya, kutumpahkan sperma yang ada di mulutku ke mulutnya. Ia pun menelan habis sperma yang ada di mulutku. Kemudian aku memintanya untuk menungging dia pun melakukannya, kulumuri batang kemaluanku dengan ludah dan kujilat anusnya agar basah dan licin. Lalu kutuntun batang kemaluanku masuk ke anusnya walaupun ia tampak kesakitan namun ia mengerang keenakan. Semakin lama gerakan maju mundurku semakin cepat lalu aku keluarkan spermaku di dalam anusnya. Setelah kami sama-sama lelah kami tidur sambil berpelukan gembira.

Kamis, 10 Februari 2011

kisah kecil ku

Ini adalah kisah NYATA homoseksualku yang belum pernah aku ceritakan kepada orang lain. Well kecuali kepada kalian para pembaca yang mungkin juga memiliki pengalaman yang serupa denganku, dan tidak direkayasa atau ditambahkan apapun. Aku adalah anak pertama dari tiga orang bersaudara dan berdarah oriental.

Kedua adikku perempuan dan saudara tidak seayah. Sedangkan ayahku sudah memiliki keluarga lain. Aku adalah anak yang dibesarkan tanpa kasih sayang dari seorang ayah. Ayah tiriku sendiri saat itu telah memiliki wanita lain disamping ibuku. Kami sebagai anak-anaknya sering kali melihat mereka saling ber'perang' atau melihat benda-benda yang melayang karena dilempar. Kehidupan keluargaku juga merupakan sebuah cerita yang jika disinetronkan akan jadi sebuah telenovela yang sangat panjang. Namun hal itu tidak akan kubahas di sini.

Bermula saat aku masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar di daerah Mangga Besar di Jakarta. Saat itu aku baru pindah dari daerah Mangga Dua ke daerah Kebon Kelapa (sekarang kedua daerah tersebut tinggal kenangan karena sudah banyak berubah). Aku berkenalan dengan dua orang anak dari tetangga sebelahku. Mereka, Andrew dan Darwin (kedua nama telah disamarkan) adalah Kakak beradik. Andrew lebih tua dua tahun dariku sedangkan Darwin lebih muda satu tahun dariku.

Ukuran tubuhku saat itu tidak terlalu kurus dan juga tidak terlalu gemuk. Kami selalu bermain ketempat-tempat yang jauh, cari-cari ikan diselokan atau bersepeda. Kadang suka menonton video, main game bersama atau main layangan. Aku juga sering datang kerumah mereka. Pada suatu sore saat aku berkunjung ke rumahnya, aku diajak bermain di atas loteng. Dari depan lotengnya, kami bisa melihat orang melewati rumah kami. .

"Gun, liat gue nih. Gue akan kencing dari atas ke bawah", ujar Andrew.

"Gila luh, kena kepala orang tau!" seruku sambil melihatnya mengeluarkan penisnya yang belum disunat.

"Ah, nggak apa-apa. Udah biasa tau" katanya.

Lalu dia benar-benar kencing seperti air mancur yang turun dari gunung yang tinggi. Aku segera melongok kebawah kalau-kalau ada orang yang kena.

"Untung gak ada orang", pikirku sambil kulirik 'burung'nya. Wah, menurutku 'burung'nya itu cukup besar untuk anak seukurannya.

Ia tersenyum saat aku meliriknya dan berkata, "Mau liat yang lain gak? Lebih seru nih..!"

"Boleh, apaan sih?" aku balik bertanya.

Kedua kakak beradik ini kemudian saling berhadapan satu dengan yang lain lalu saling melepaskan celananya, sehingga yang nampak adalah kedua penis mereka yang besar dan panjang. Mereka kemudian duduk saling berhadapan satu dengan yang lain, lalu saling menempelkan penis. Saat aku tertegun melihat tingkah polah mereka, Darwin menarikku untuk juga menunjukkan kejantananku. Darwin berbalik kepadaku dan melepaskan celanaku. Aku bingung bercampur malu saat itu karena tidak pernah 'burung' kesayanganku itu dilihat oleh orang lain kecuali orang tuaku tentunya. Apalagi saat itu aku tidak pakai CD. Andrew kemudian memegang penisku yang tertidur lalu digosok-gosokkan dan disentuhkan ke penisnya.

"Wah, burung loe lucu banget. Belum disunat ya", kata Andrew. Aku tertawa kecil.

"Ah, loe juga" jawabku.

Saat itu kulup kepala penisku dibuka. Aku hanya meringis saja. Kepala penis Darwin dimasukkan kedalam kulup kepala penisku. Jadilah kedua penis kami bersatu dan nampak menempel. Andrew tertawa saat menyaksikan hal tersebut. Darwin kemudian mempermainkan penisku sehingga agak tegang. Aku hanya diam mengikuti gerak alur mereka. Saat itu tangan Andrew juga ikut memegang penisku sehingga seakan-akan menjadi mainan baru mereka. Aku hanya mengeliat geli karena perlakuan mereka.

"Wah, ntar diliat orang nih?" kataku sambil melirik ke arah tangga.

"Nggak, lagian gak ada orang di rumah!" kata Darwin tegas.

"Ngaceng nih" seruku lagi.

"Biarin" katanya lagi, kemudian penisku diurut-urut dan digoyang-goyangkan. Karena sentuhan dan rangsangan mereka akhirnya penisku menjadi tegang berdiri. Kemudian mereka mengocok-ngocoknya.

"Aduh, sakit nih" seruku lagi.

Mereka hanya tertawa namun tetap melakukannya. Saat itu aku merasakan sesuatu yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya. . Sambil terus mempermainakan penisku, merekapun bercerita jika Ayah Ibu mereka sering melakukan hal ini di malam hari. Setelah itu mereka mengajakku kekamar. Aku kaget saat yang terjadi berikutnya adalah mereka menunjukkan kepadaku apa yang mereka lihat jika kedua orang tua mereka sedang bercinta. Mereka seperti sedang melakukann hubungan seks layaknya suami istri. Saat itu aku masih sangat polos sehingga hanya terbengong-bengong saja menyaksikan tingkah mereka.

Yang terjadi berikutnya adalah mereka menyuruhku untuk merebahkan diri. Ditaruhnya aku di atas kasur. Tanpa sepatah katapun, Andrew tiba-tiba menindih diriku. Aku kaget dan berusaha untuk menghindar. Apalagi badannya lebih besar dari aku. Tapi karena tangannya terus merangsang penisku dan mulutnya menciumku akhirnya aku malah menikmatinya. Sementara Darwin hanya menyaksikan perbuatan itu dengan tertawa.

Walaupun aku cukup risih untuk pertama kalinya tapi karena rangsangan demi rangsangan yang mereka berikan membuat aku menyukainya. Saat itu aku hanya mempunyai pikiran bahwa apa yang sedang kami lakukan ini sungguh nikmat dan belum pernah aku merasakan hasrat seperti ini. Yang kupikirkan adalah bahwa mereka teman-temanku dan aku tidak mau mengecewakan mereka. Wah, kecil-kecil mereka ternyata cabe rawit loh!

Hari demi hari terus kami lalui. Aku sangat senang bermain dengan mereka karena aku adalah seseorang yang memang kurang kasih sayang dari orang tua. Dan aku merasa mendapatkan kasih sayang dari teman-teman tetanggaku itu. Aku tidak tahu kalau ternyata 'permainan' yang sering kami mainkan membawaku lebih jauh dalam dunia yang aku tidak kenal sebelumnya. Setiap ada kesempatan, kami selalu melakukan hal yang demikian. Saat itu aku merasa adalah wajar-wajar saja jika beberapa teman cowok saling menunjukkkan penis mereka dan saling memegang, mengelusnya atau mengocoknya. Ah, sebuah pemikiran yang akhirnya membawaku menjadi seperti ini.

Sekitar setahun setelah kejadian itu, aku pindah rumah kontrakkan. Rumah baruku tidak jauh dari rumah kontrakkan sebelumnya sehingga teman-temanku sering datang. Kini giliran aku yang agresif. Setiap ada kesempatan, aku suka ajak mereka kerumahku. Tapi yang paling sering adalah Darwin. Aku senang padanya karena dia cakep dan putih banget. Aku suka sekali mengajaknya kekamarku, bercerita tentang hal-hal porno dan tentang tingkah laku Ayah dan Ibu kami masing-masing, atau tingkah laku orang yang sedang pacaran lalu tidur bareng sambil saling mengocok penis, walau saat itu aku dan dia belum akil balig, sehingga tidak ada sperma yang keluar.

Dia tidak pernah menolak saat kuajak untuk berhubungan badan (saat itu aku belum mengetahui anal maupun oral sex) atau saat aku mencium dirinya. Kami sering sekali memainkan kepala penis lawan main sambil membuka kulit kulum kepala penis. Kadang kedua penis kami sering kami gesek-gesekkan satu dengan yang lain atau kami satukan kedua penis kami dengan cara saling berhadapan lalu dikocok bersamaan dan itu menimbulkan kenikmatan tersendiri. Saat itu aku merasakan kepuasan jika bisa 'bermain' dengannya. Selama ini kami tidak pernah dilihat oleh orang lain sehingga merasa aman-aman saja. Kamar tidurku memang jarang dikunci karena aku suka lupa untuk menguncinya.

"Gun, lagi ngapain? Si Darwin juga.. Ngapain berdua aja?" seru pembantuku saat menyaksikan adegan kami.

"Lagi nggak ngapa-ngapain kok!" tangkisku sambil cepat-cepat meresleting kembali celanaku yang sedang terbuka sambil membelakangi Darwin yang tidak sempat meresleting celanannya karena penisnya sedang tegang.

"Untung aja baru membuka reselting" pikirku.

Kucoba untuk menutupi badan Darwin dengan badanku. Saat itu kulihat muka Darwin pucat pasi seperti melihat hantu. Entah apa yang ada dipikirannya, sepertinya kami akan siap-siap diomeli bahkan dipukuli jika ketahuan sama orangtua kami..

"Darwin dicariin tuh sama Mamanya", kata pembantuku yang kemudian keluar dari kamarku. Nampak di wajah pembantuku ada keingintahuan.

"Gun, gue balik ya. Gak enak nih diliat pembantu loe" kata Darwin pelan sambil menarik resletingnya.

"Iya deh. Sorry banget nih, dasar tuh pembantu, masuk nyelonong aja" gerutuku.

"Nanti main-main lagi ya ke sini", pintaku padanya. Dia hanya mengangguk, kemudian keluar rumahku dengan cepatnya.

Beberapa hari kemudian Darwin kembali main ke tempatku. Seperti biasa kami melakukan hal serupa. Tapi kali ini aku sangat terkejut karena tiba-tiba pembantuku kembali nyelonong saat aku dan Darwin tengah 'bermain pedang'.

"Wah, mati aku!" pikirku.

Aku dan Darwin sama-sama membisu, tidak tahu harus berkata apa. Pembantuku segera keluar kamar dan aku berharap agar ia tidak memberitahukan hal ini kepada mama. Darwin bergegas pulang. Aku hanya menunggu jika Ibuku akan memanggil. Ternyata.., Pembantuku tidak mau ambil pusing. Ia tidak memberitahukannya. Aku bernafas lega.

Sungguh itu adalah hari terakhir aku dapat bertemu dengan Kakak beradik itu. Saat itu aku sangat merindukan mereka, Namun apa dayaku, kami harus pindah rumah lagi karena jangka waktu kontrak rumahku sudah habis. Aku sangat sedih sekali saat itu karena harus berpisah dengan teman-teman 'sepermainanku'.

Sesungguhnya itulah permulaan dimana aku masuk kedunia yang belum kukenal. Seorang anak polos yang hanya menginginkan kasih sayang dari orang lain. Sampai saat pindahpun aku tidak tahu apa istilah dari gay itu. Untuk kalian berdua yang mungkin membaca cerita ini, aku sangat senang bermain dengan kalian. Terimakasih sudah menjadi teman-teman mainku dikala kecil.

Selamat tinggal Andrew. Selamat tinggal Darwin, aku sangat merindukan kalian! Aku hanya berharap kalian semua menjadi orang baik-baik.

Senin, 07 Februari 2011

Awal Menjadi Gay


Aku Lee (bkn nama asli) 24 Chinese, akan cerita ttg pengalamanku saat masa sekolah & nama2 yg kusebutkan di dlm ini adl nama samaran. Ceritaku lain dengan cerita2 yg ada di rubrik SESAMA PRIA, ini bukan soal sex, tp pengalaman cinta.

Awalnya wkt masih kecil, aku pernah ngintip tukang bangunan rumah mandi bareng yang bugil & itu membuatku terangsang, terus ngintip sampai selesai. Aku juga sering diperlihatkan "barang" oleh teman sesama jenis. Wkt di kls 6SD, 1 cowok (Ace) suka menggodaku dengan panggil "sayang" & teman akrabnya juga ikutan. Malah sejak masuk kls SMP, gara2 Ace, teman2 cowok lain juga ikutan menggodaku. Wkt itu aku masih lugu & belum ngerti arti cinta, maka perasaanku belum stabil, misalnya suka si A, hanya sebentar, trus pindah lagi ke si B, trus ke C, dst. Banyak cowok yg kusukai itu hanya cinta monyet, dari sinilah aku sadar bahwa aku suka sesama jenis. Utk saat ini, perasaanku sdh stabil & bisa suka 1 org tertentu.

Wkt kls 1SMP, aku tiba-tiba merasa suka sama 1 cowok (Ken) yg keturunan Chinese & kulit putih. Ken pny sifat jelek yaitu suka sok & sempat disebelin oleh semua teman, tp aku tak tahu kenapa aku suka dia. Ken itu straight & suka cewek, meski begitu, kami sempat saling berpandangan. Sejak itu aku sering mikirin Ken setiap hari! Gila, hanya Ken yg ada di kepalaku! Sampai aku tidak bisa konsentrasi thdp pelajaran, meski bisa kukendalikan setiap pelajaran. Pas kenaikan kls 2SMP, kami beda kelas (aku di kls 2B, Ken di kls 2A), aku kecewa, tp tidak menyerah, langsung kuajukan diri ke wakil kepsek. Akhirnya dikabulkan! Aku pindah kls 2A dr 2B, ditukar dengan teman 2A ke 2B. Aku senang sekali hanya krn bisa melihat Ken! Sptnya Ken tahu maksudku pindah, tp aku tidak peduli & tetap tidak pernah utarakan isi hatiku ke Ken.

Wkt aku ambil klub bahasa, Ken juga masuk ke klub sama! Itu membuatku senang sekali krn bisa melihat Ken terus sepanjang hari. Malah teman akrabku (Nat) meledek aku,"Begitu Ken tahu kamu masuk klub situ, maka dia juga masuk, pdhl teman2 akrabnya ada di klub lain, terlebih lagi klub lain itu yg Ken sukai!" Aku tidak percaya, meski sempat senang juga. Suatu hari di klub BHs, aku duduk di bangku keempat (semua kursi berderetan melingkar tanpa meja), Ken duduk di kursi ketujuh. Aku keluar utk ambil buku, lalu kembali ke klub, eh..Ken duduk di kursi kelima tepatnya sebelah kursiku! Sangat berdekatan sampai bersentuhan tangan & lengan baju. Perasaanku tidak karuan, tidak tenang, senang campur deg2an, salah tingkah, berkeringat dingin, gugup. Ken duduk dengan tenang, sesekali melirik aku. Diam2 aku melirik Ken, eh ketahuan, aku langsung menoleh ke arah lain, deg2an berat, sampai sulit mengeluarkan suara! Hahaha:)!

Aku ingat wkt Ken sakit & minta izin pulang, berarti absen pelajaran extrakurikuler. Aku lihat Ken pucat, mendekatinya & tanya,"Kamu kenapa?" Ken jawab,"Sakit, mau pulang". Secara refleks tanpa disadari, aku menyentuh tangan Ken utk merasakan sakitnya, Ken menatapku dengan penuh arti, aku langsung melepas dr tangannya & meninggalkan Ken, di dlm hatiku bilang,"Aduh, apa Ken tahu soal ini?"

Pd pertengahan semester, aku lihat perubahan sikap Ken thdpku. Dulu Ken cuek, skrg lain, spt sdh mulai suka & perhatian, tp tidak diperlihatkan scr terang2an. Wkt ujian OR (olahraga), kami hrs melompat roll (berguling) di atas kasur tebal. Tadinya Ken lagi main basket dengan teman2 cowok, begitu namaku disebut oleh guru OR utk maju giliran melompat, Ken berhenti main, keluar menuju ke pinggiran halaman & duduk di situ utk melihat aku berguling! Ternyata Ken dengar namaku, maka ke situ. Perasaanku ingin tertawa tp kutahan & kendalikan perasaan. Sehabis berguling dengan baik, lalu aku lihat Ken, oh..Ken senyum manis menatapku! Aku salah tingkah lagi. Rasanya ingin memeluk & mencium Ken, tp apa dayanya, aku tidak tahu perasaannya thdpku, meski dia ada perhatian thdpku.

Sepulang sekolah, aku bertengger di balkon lantai 2 utk melihat anak2 hiruk pikuk di luar sekolah. Krn aku tidak mendengar, Ken diam2 datang dr belakangku utk mengagetkanku, aku langsung menoleh & kaget, Ken tertawa menatapku. "Ken ada di sini! Berdua sama aku lagi!"kataku dlm hati. Pdhl kami jarang ngomong, Ken baru ngomong kalau mau pinjam/ada perlu sesuatu sama aku. Ken menatapku dengan senyum & tanya,"Kenapa kamu selalu melihatku?" Aku terperanjat dengan pertanyaannya & tak kujawab. Ken tanya lagi,"Kamu suka aku ya?" Dlm hatiku bilang,"Hah? Gila, koq tanya gitu?" Aku tetap tidak jawab, langsung kuhindari Ken, tp Ken nyamber tanganku dengan cepat, aku tidak bisa lepas dr tangan, Ken tetap pegang tanganku sambil menunggu jawabanku. Tiba2 teman2 muncul & melihat kami, Ken melepas tanganku, aku ambil kesempatan & bergabung dengan teman2. Ken hanya diam saja, menunduk kepala sambil kedua tangannya di dlm saku celananya, jalan dr belakang kami. Aku tidak jwb krn tidak mau perasaanku diketahui, mengingat dia straight.

Pd jam istirahat, aku & Nat berjalan di koridor gedung SD menuju ke gedung SMP, tiba-tiba Nat tertawa melihatku, awalnya aku tidak ngerti & tanya,"Koq tertawa sendiri?" Gila ya?" Nat terus tertawa terbahak2, aku cuek saja & jalan terus. Begitu aku naik tangga sampai di lantai 3 (gdg SMP), aku lihat Ken bertengger di situ dekat tangga. Oh! Aku ngerti kenapa Nat tertawa, ternyata Nat tahu kalau Ken ada di situ utk melihatku di teras SD & menunggu aku! Aku senyum sendiri & jalan melewatinya, Ken menyusul di belakangku, aku lihat pantulan kaca utk lihat belakang, Ken juga ikut jalan di belakangku! Aku senang sekali:).

Sejak kls 3SMP, aku & Ken beda kelas lagi, aku kecewa, terpaksa aku tetap di kls 3A, walau Ken di kls 3B. Seiring mengikuti waktu, perasaan sukaku thdp Ken mulai berangsur hilang. Tp aku tetap suka Ken apa adanya. Itulah kenangan antara aku & Ken.

Berikut ini ttg mantan pacarku cowok blasteran Chinese+Perancis (Lex) yg sdh berfasih BHs Indonesia.

Lex punya daya tarik yg membuat semua org terpesona, banyak cewek naksir, apalagi cowok juga bisa bilang dia cakep. Lex punya postur tubuh yg bagus & ideal, tinggi, kulit putih bersih, cukup atletis, walau tubuhnya slim, selalu terawat. Kami saling berpandangan, tp aku cuek saja krn kukira Lex straight. Hal yg membuatku tidak percaya adl ternyata Lex suka aku! Pdhl kuakui aku org biasa saja, aku lebih suka orang Asia dibandingkan bule/blasteran. Dia suka aku krn keprbadianku baik & mulia. Krn penasaran, Lex kenalan dengan aku. Awalnya baik2 saja, suatu hari aku sempat kesal krn merasa terganggu oleh Lex, aku bilang,"Kenapa sih kamu dekati aku terus?" Oh, tak kupercaya saat Lex bilang,"Aku suka kamu". Aku diam saja & Lex bilang,"Nanti pulang sekolah, temui aku di ujung koridor, aku mau bicara sama kamu, sangat penting". Saat bel bunyi keluar, aku ke ujung koridor, Lex ada di situ. Kami tunggu sampai teman2 turun pulang & sepi, langsung Lex menciumku utk membuktikan perasaannya pdku! Aku tidak berdaya krn ciumannya enak sekali, lidahnya masuk ke mulutku bersentuhan dengan lidahku. Stlh berciuman, Lex bilang,"Kamu percaya'kan? Aku suka kamu & aku ingin kamu jadi pacarku". Aku bilang,"Aku kira kamu straight. Knp pilih aku? Ada cowok yg lebih cakep!" Lex jawab,"No. Aku tidak lihat dari luar, tp dr dalam, di hati itu lebih penting, aku tahu kamu sangat baik & penuh perhatian, kamu beda sekali dengan teman lain. Kuakui memang suka sesama jenis, tak ada yg tahu termasuk keluargaku & teman2". Krn Lex baik sekali & penuh perhatian thdpku, akhirnya kuterima & kami pacaran diam2, tidak ada yg tahu kecuali 1 teman baikku krn pernah memergoki kami berciuman, untungnya dia baik & bisa jaga rahasia kami.

Pd siang hari Lex ajak aku ke rumahnya yg besar. Di sinilah kami melakukan sex yg hot & tak terlupakan. Lex betul2 tahu memperlakukan aku dengan istimewa. Saat Lex membuka pakaianku, aku hentikan & bilang,"I don't like my body". Lex jwb,"Aku suka kamu apa adanya, aku suka yg slim drpd gendut". Kami tertawa, meneruskan adegan bugil & sex. Aku tidak akan cerita lebih detail, krn aku telah berjanji pdnya. Yg pasti kalian bisa bayangkan ceritanya. Sampai kami akhirnya lelah, berpelukan, saling berucap,"I love you".

Perjalanan cinta kami sdh 3 thn, akhirnya aku yg memutuskan Lex krn Lex hrs melanjutkan kuliah & tinggal utk wkt yg lama di Perancis di mana ortunya berada. Lex sempat menolak putus dgnku & juga tidak mau melanjutkan di Perancis. Krn aku ingin yg terbaik utk Lex, aku beri saran,"Kamu hrs turuti keputusan ortumu, belajar di sana sangat bagus utk masa depanmu". Akhirnya Lex ngerti juga & dengan berat hati bilang,"Aku mungkin akan tinggal lama di sana & sulit utk berjumpa dgnmu, tp aku tidak akan menghapus kenangan kita berdua. Kamu jgn menutup hatimu. Bukalah hatimu kpd seseorg yg ingin masuk ke hatimu & mengenalmu lebih dekat. Jika kamu beri kesempatan, maka kamu akan peroleh hal yg sangat berarti". Aku & Lex sdh lama tidak berjumpa selama 4 thn.

Aku juga selalu ingat kata bijak Lex,"Kalau ingin cinta, hrs lihat di hati, bukan dari luar. Kepribadian sgt penting utk bisa membina hubungan baik & harmonis. Dari luar itu hanya imej & tidak kekal".

crut crut crut

Hari minggu siang itu, aku tidak mempunyai kegiatan sedikitpun, mau keluar malas karena begitu panasnya kota Surabaya yang membuatku enggan untuk berjemur dibawah teriknya matahari. Maka aku iseng-iseng aku telepon temanku Ras yang sudah menjadi teman akrabku dan diantara kami sudah tidak ada rahasia lagi yang perlu disembunyikan karena kita masing-masing sudah mengetahui siapakah diri kami masing-masing, walaupun begitu terus terang aja kami tidak pernah berbuat yang melebihi selain hanya ngobrol bersama yang nggak ada juntrungnya dari ngalor sampai ngidul dan balik lagi, karena kami sudah terlalu akrab dan kita bisa saling merasakan curhat kami satu diantara lainnya.

"Hallo Ras, gimana kabarmu? Terus terang aja saya hari ini lagi males keluar, jadi kita ngobrolnya lewat telepon aja yaa"

"Ok," terus sambungnya lagi, "Oh yaa kemarin aku kenalan sama anak yang rumahnya hanya beberapa blok aja dari rumahku, dan dia rupanya orang baru, karena masih belum banyak temannya"

"Boleh nggak aku tahu namanya dan nomor teleponnya"

Akhirnya Ras menyebutkan sebuah nama dan nama itu adalah Johny beserta dengan nomor teleponnya sekalian.

"Coba kamu hubungi dia siapa tahu dia welcome ama kamu"

"Ok, trims deh," lalu akhiri pembicaraanku siang hari itu dengan Ras.

Dengan rasa ragu-ragu akan menghubungi Johny atau nggak, same kurang lebih sepuluh menit aku menimbang-nimbang, akhirnya kuberanikan diriku memencet nomor yang baru diberikan oleh Ras tadi.

"Hallo, dari siapa ini?"

Kudengar suara yang cukup ramah dan tidak ada kesan sombong sama sekali, yang makin membuat memberanikan diri bicara berlama-lama dengannya. Sampai akhirnya pembibaraanku mulai menjurus ke arah yang berbau sek, dan ternyata diapun juga menanggapinya walaupun tidak seberani aku. Sampai pada akhirnya keluarlah ucapanku.

"Boleh nggak aku kerumah kamu?"

"Kapan?" jawabnya

"Sekarang yaa"

"Jangan sekarang, aku masih belum siap untuk menerima kedatanganmu," tolaknya secara halus.

"Terus kapan lagi," timpalku.

"Yah kapan-kapan aja, khan masih banyak waktu"

Akhirnya kuakhiri pembicaraan kami dengan janji suatu saat aku akn menghubunginya kembali.

*****

Setelah lewat waktu dua minggu, aku akhirnya ingat untuk menghubunginya kembali.

"Hallo, sapa nih?" jawabnya.

"Aku.." jawabku sekenanya.

"Oh kamu toh," lanjutnya.

"Masih inget apa nggak?"tanyaku.

"Ya terang dong masih inget"

Dan akhirnya pembicaraan kami mulai menghangat lagi sampai kurang lebih hampir setengah jam lamanya, sampai telingaku terasa panas kena handset telepon. Namun begitu obrolan yang kian menghangat masih kuteruskan.

"John, punyaku sudah berdiri nih dengar ceritamu"

"Ah masak gitu aja buat kamu berdiri," tanyanya.

"Iya nih," lanjutku, "Bolehkan aku kerumahmu yaa, sekarang ini"

"Ok, tapi dengan syarat kita hanya ngobrol-ngobrol aja lho," kemudian lanjutnya, "Aku nggak mau kalau kita main, aku belum siap"

"Ok, deh," jawabku, "Tapi nggak tahu lho kalau keterusan yaa," godanya.

Setelah telepon kututup, akupun segera mengambil motorku yang segera kupacu ke arah rumahnya yang tidak seberapa jauh dari rumahku yang mungkin kurang lebih sekitar 5 km, yang kutempuh tidak terlalu lama.

Setelah dekat dengan alamat yang diberikan, hatiku jadi deg-degan karena selama ini walaupun sering kontak lewat telepon tapi kami belum pernah bertemu muka. Ketika kuketuk pintunya, ternyata yang muncul adalah seorang pemuda yang berbadan cukup jangkung karena memang badannya tidak berlalu besar, yang tersenyum dengan ramahnya.

"Ayo, masuk"

"Thanks," kataku

Setelah mengambil tempat duduk diruang tamunya yang hanya digelari sebuah karpet sehingga kami berdua duduk secara lesehan aja, dan itu justru membuatku santai tanpa harus bersikap formil terhadapnya.

Kami mengobrol sini sana dan saling mengajukan pertanyaan dari diri kami masing-masing yang memang belum diketahui, sampai akhirnya nggak tahu aku sengaja atau tidak kutepuk bahunya yang kebetulan dia sedang duduk membelakangkiku. Ada rasa terkejut pada dirinya, tapi tidak ada komentar atau nada protes yang keluar dari mulutnya. Padahal sebelumnya aku sudah berjanji untuk tidak melangkah lebih jauh lagi selain hanya mengobrol saja.

Sampai akhirnya kuelus lembut punggungnya dari atas kebawah, dia tetap diam saja. Dan kuulangi lagi, bahkan tanganku lebih nakal lagi yaitu dengan menyusup ke dalam leher kaosnya ke arah tenguknya. Dia kelihatan menggelinjang dan bahkan mulai menikmati setiap rabaanku didaerah cuping telinganya. Dan kudengan suara desisan keluar dari mulutnya dan akhir..

"Aduh, Mas.. Aku nggak tahan nih!"

"Ayo kekamarku aja"

Sambil dia mulai bangkit berdiri dari tempat duduknya menuju ke arah kamarnya yang kuikuti dari belakangnya. Dan tanpa komando dia langsung menggeletak ditempat tidurnya sambil telentang dengan mata yang terpejam dan mulut menggangga menantikan seranganku.

Akhirnya kusergap dia yang sedang telentang dan kuciumi mulai dari cuping telinganya bagian belakang, leher bagian belakangnya ke arah hidungnya dan sejenak beradu hidung dengan hidung dan terus turun ke arah bibirnya, kuteruskan kebawah lagi ke arah dagunya yang bekas dicukur sehingga kurasakan kasar-kasar enak yang menambah gairahku untuk mecumbunya lebih lagi. Kemudian aku turun lagi kelehernya sambil dia terus mendesis-desis seperti ular.

"Sss.. oohh, aduh Mas"

"Ahh.. Ooohh, sstt"

Sambil kujulurkan lidahku merayapi dadanya, tanganku mulai membuka satu demi satu kancing kaos yang dikenakannya dan sekalian kuangkat kaos itu melalui lehernya sambil terus kudengar erangannya yang tidak jelas itu. Terus dan terus kebawah menuju puting susunya kiri dan kanan dan kedada bagian tengah terus merosot sampai kepusarnya, dan kupermainkan sejenak lubang pusarnya dengan lidahku yang tidak henti-hentinya mejilat kekanan dan kekiri.

Setelah puas bermain dipusarnya maka tanganku meraba selakangannya yang aku rasakan sudah mengeras sejak tadi yang begitu terasa menonjol didadaku tadi akan tetapi aku berusaha untuk mengabaikannya karena aku ingin memberikan cumbuan yang maksimal kepadanya dan tidak ingin buru-buru untuk langsung kontak seksual.

Kuremas perlahan-lahan tonjolan itu dengan tangan kiriku dan tanganku juga berusaha untuk membuka kancing celana jeans warna birunya yang dikenakan siang hari itu, setelah berhasil membebaskan kancingnya makan tangan kananku mulai menarik ritsleting celananya kebawah sampai kulihat nyata tonjolan daging sebesar pisang ambon itu dan terus kulorot celananya sampai terlepas, tinggal celdalnya saja yang berwarna putih yang masih tertinggal. Walaupun begitu aku tidak ingin cepat-cepat untuk segera menikmati pisang ambon itu.

Kutelusuri pahanya dengan jilatan lidahku dari paha kanan dan paha kiri yang akhirnya jilatanku berlabuh dilipatan pahanya yang segaris dengan lipatan celdalnya, kujilati lipatan kiri dan kanan bergantian, sampai kurasakan tangannya menjambak rambutku dengan perasaan mesra dan membimbing kepalaku untuk segera berlabuh ditonjolannya itu.

Akhirnya kubuka juga celdal warna putih itu dan kulihat sebatang penis dengan warna kepalanya yang merah kecoklatan seperti jamur merang yang mengembang sedang berdenyut-denyut. Dan tanpa membuang-buang waktu segera lidahku menuju perbatasan antara kepala dan batangya yang aku rasa paling sensitif. Kurasakan dia menggelinjang, dan jilatan makin turun kebawah ke arah kantung buah pelirnya yang dua biji itu dan terus turun kebawah lagi ke arah perbatasan dengan lubangnya. Dan

"Aaauuhh.., enak Mas, ayo terus Mas"

"Aaahh.. Ssstt"

"Ayo Mas, aku nggak tahan, cepat masukan punyamu ke lubangku"

Lalu kuambil ludahku untuk membasahi punyaku yang memang sudah sedari tadi berdiri tegang dan kulihat diujung penisku sudah ada cairan bening. Lalu pelan-pelan kumasukan batangku ke dalam lubangnya dan kudengar nafas tertahan untuk sejenak dan kuhentikan untuk sementara waktu agar dia bisa merasakan sakitnya menghilang.

Kemudian kupacu masuk keluar dan maju mundur sambil tangannya mengocok penisnya sendiri.

"Aaahh.. Aduh Mas, aku mau keluar nih"

"Sorry yaa, aku keluar duluan," katanya.

"Enggak pa-pa, aku juga mau sampai nih," kataku.

"Aaahh," crut crut crut air maninya tumpah diatas perutnya dan tak berapa lama lagi.

"Ohhaahh"

Kutarik cepat penisku dan aku telungkup memeluknya sambil kupancarkan air kenikmatanku diatas perutnya juga sehingga air maninya dan air maniku bercampur menjadi satu sambil kugesek-gesekan dan masih kurasakan sisa-sisa kenikmatan itu yang baru kita peroleh hampir bersamaan.

Setelah selesai dan saling mengelus dada masing-masing, aku akhirnya lari kekamar mandi untuk membersihkan badan dari keringat yang terasa lengket dan setelah selesai diapun juga kekamar mandi yang sama juga untuk membersihkan badannya yang berlepotan dengan pejuh kami itu.

Setelah dia berpakaian kembali kami akhirnya duduk diruang tamunya sambil diselingi obrolan ringan, rupanya setelah dia mandi tidak memakai celana jeansnya lagi melainkan ganti dengan celana pendek warna putih yang dari sela-sela selakangannya terlihat celana dalam warna putihnya tadi. Rupanya tanganku yang nakal tidak bisa tinggal diam melihat pemandangan seperti, lalu mulai kuelus-elus pahanya yang ditumbuhi rambut yang tidak seberapa lebat dan terus ke atas lagi menuju daerah lipatan pahanya dan kudengara desisnya kembali.

"Aaahh, oohh"

Dan kuraba selakangannya, ternyata penisnya sudah menggeliat bangun lagi dan kurasakan makin lama makin kaku saja. Seolah-olah makim membuatku bersemangat untuk terus mencumbunya lagi dan aku menemukan banyak sekali titik-titik sensitif ditubuhnya yang membuatnya makin terangsang. Sambil sekali-sekali dia tersenyum keenakan dengan mata yang terpejam.

Akhirnya kubuka lagi celana pendeknya dan kulihat batang penisnya yang begitu ngaceng mengeras melengkung mendekati pusarnya. Kugapai dan kumasukan dalam mulutku yang memang sedari tadi nggak pernah mau diem itu. Kumasukan kepalanya yang mekar dan kukulum, kukenyot benjolan kepalanya dan akhirnya kumasuk keluarkan dengan irama yang pasti.

"Aaaoohh, aauuhh"

"Opo iki yoo sing diarani surgo donyo yaa"

Aku diam saja, sambil terus melanjutkan aktivitasku yang masih belum selesai hingga akhirnya.

"OOhh Mas, aku mau keluar nih"

Makin semangat aku mengulumnya sampai kurasakan denyut-denyutan dari penis yang kuhisap dan ada rasa hangat, asin, manis, amis tapi semuanya itu kusukai dan kutelan habis semuanya. Ketika kudongakkan kepalaku untuk melihat reaksinya, hanya kulihat sebuah senyum dengan rasa puas dan dia membisikkan kata,

"Dari mana kamu belajar semuanya ini"

"Kamu koq pinter membuatku puas, padahal selama ini kalau aku bermain dengan pasanganku aku nggak seterangsang kali ini, sebab biasanya aku selalu aktif mencumbui pasanganku dan kadang aku merasa bosan dan aku juga pengin dicumbui kayak kamu tadi dan pengin dimasuki juga"

"Trims yaa, kamu sudah membuatku mendapatkan apa yang kuangan-angankan selama ini"

"Hmm," hanya gumanku saja yang menjawab segala komentarnya.

"John, kamu nggak menyesal yaa, karena aku telah mengingkari janjiku untuk tidak bermain sex denganmu pada awal pertemuan kita"

Kulihat hanya senyumnya saja yang membalas pertanyaanku, dan aku sudah bisa menebaknya bahwa dia sangat enjoy dengan permainan yang barusan kita lakukan. Berapa saat kemudian aku pamit sama dia.

"Ok John, aku pulang dulu yaa!" kataku

"Boleh nggak aku mengulanginya lagi," lanjutku.

"Yah gampanglah kalau aku lagi pengin dengan gaya permainanmu, aku akan menghubungi kamu lagi," dengan senyumnya yang khas.

Dalam perjalananku pulang aku masih terbayang pamainanku dengan Johny tadi dan kataku dalam hati.

"Suatu saat nanti aku akan memberikan surprise buat kamu dengan permainanku yang lebih seru lagi"

Walaupun dalam hati aku tidak ingin memiliki Johny sebagai pasanganku karena aku tahu dia sudah mempunyai pasangan tetap yang begitu setia dan juga pencemburu. Hanya sebagai selingan didalam mengisi hari-hari yang menjemukan dan terasa begitu panjang untuk dilalui seorang diri.

 

Sample text

Sample Text


ShoutMix chat widget

Sample Text