Social Icons

Selasa, 19 Juli 2011

Boy Love Story


Solok, 19 Desember 2009 Pemuda itu terlihat sangat murung, ia duduk di sana dari pukul 2 siang tadi, dan skarang waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam Dengan rasa ingin tahu dan membantu, ku coba beranikan diri untuk menghampirinya, “Hai” sapaku membuka percakapan. “Ya, ada apa ?” balasnya dengan nada yang sendu.”Namaku Ari, kalau boleh tahu, siapa namamu ?”,”Oh, namaku Fakhrul, ada apa ri ?” tanyanya untuk kedua kali. “Nggak ada apa-apa kok, oh ya, kamu sedang apa disini ? Bukannya kamu sudah dari tadi duduk di tempat ini ?” tanyaku secara beruntun. Namun dia hanya menarik nafas panjang, dan itu buatku semakin bingung dan kehabisan kata-kata. “Sebenarnya aku lagi ada masalah di rumah ri”. Ucapnya memecah kebisuan yang sempat terjadi di antara kami. “Oh,,, kalau kamu gak keberatan, kamu bisa cerita sama aku, tapi kalau kamu keberatan juga gak papa, toh kita juga baru kenal”.”Hhmmmmm,, gak papa kok” dia tersenyum ke arahku, dan saat itu kumerasa ada sesuatu yang berdesir di dadaku. Tapi saat itu ku tak terlalu ambil pusing soal itu.

———– Beberapa Menit Kemudian ———-

“Oh jadi begitu masalahnya, kalau begitu kamu sekarang gak pulang ke rumah ?” tanyaku. “Begitulah ri”,”Kalau gitu kamu nginap di rumah ku aja malam ini” tawarku tanpa maksud apapun selain berbaik hati. “Kamu serius ? Kita kan baru kenal…”,”iya aku serius, yuk kerumah ku” Sambil bercakap-cakap kami masuk rumah dan aku memperkenalkan Fakhrul kepada orang tuaku dan mereka wellcome terhadap Fakhrul, selain tampan,putih dan lumayan tinggi, tutur katanya juga sopan. Dan mungkin itu salah satu sebab orang tuaku wellcome padanya ( satu hal tentang orang tuaku, mereka over-protected terhadapku karena aku anak satu-satunya ).

Setelah berbincang-bincang sama orangtuaku, aku mengajaknya untuk tidur karena jam rumahku sudah berdentang sebanyak sebelas kali, yang berarti skarang sudah pukul 11 malam. Tak banyak yang terjadi malam itu, kami hanya bicara tentang sesuatu yang tak ada ujung pangkalnya, dari sana aku dapati bahwa ternyata Fakhrul satu sekolahan denganku dan juga seumuran denganku, namun ia baru masuk 3 hari yang lalu dan baru masuk sekolah senin depan karena baru pindah ke daerah Solok ini.

Minggu, 20 Desember 2009 Perlahan namun pasti, pagi datang menjelang dan cahaya matahari mulai memasuki jendela kamarku yang tak bertirai. Ada alasan mengapa kau tak memasang tirai di jendela ku, selain kamarku terletak di lantai dua, aku juga agak susah bangun jika suasana masih gelap. ( Back to Story ) Aku mengucek mataku dan melihat jam dinding yang ku gantung di dinding kamarku yang sudah menunjukkan pukul 6:15 pagi. Aku coba untuk bangunkan Fakhrul yang masih tidur di kasur tambahan yang biasa di simpan di bawah tempat tidurku. Karena ini hari minggu, aku mengajaknya untuk jogging, “Rul, jogging yuk, mumpung hari minggu nih…” ajakku. “Mau aja sih ri, tapi aku gak bawa celana training sama sepatu olah raga nih, kan kemaren juga kebetulan ketemu kamu” balasnya. “Tenang aja kalau masalah itu mah, yuk cuci muka sama gosok gigi dulu” Dia pun mengangguk dan mengikutiku ke kamar mandi. Saat menggosok gigi, tak sengaja pandangan kami bertemu, dia tersenyum dengan buih pasta gigi yang kluar di sela sela bibirnya, sontak aku pun tertawa melihatnya seperti itu. Dia pun juga tertawa karena melihatku tertawa. Setelah smua persiapan selesai, kami pun mulai jogging dari rumah ku ke arah GOR yang memang di jadikan pusat kegiatan olah raga di Solok ini. Sepanjang perjalanan ( atau pelarian kali ya ?? ) ke tempat tujuan, kami bercanda ria dan itu membuatku semakin akrab dengannya. Sesampainya di puncak GOR, kami beristirahat di lapangan sambil minum air putih yang sudah ku bawa dari rumah. Fakhrul berencana akan pulang hari ini, dan itu membuatku sedikit lega karena dia mau juga pulang dan menyelesaikan masalah dengan orang tuanya. Sekitar jam 8.00, kami memutuskan untuk kembali kerumahku. Setibanya di rumahku, aku mengajaknya untuk mandi karena kami telah berkeringat dan pagi itu juga lebih panas dari biasanya. Kami mandi bersama hanya dengan menggunakan celana dalam saja. Tanpa rasa apapun, aku mandi secara wajar di sebelahnya, dan dia pun sama, tak ada keganjalan dalam sifatnya saat ini. Sehabis mandi, kami berpakaian dan bersiap meluncur ke rumahnya yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Kami berpamitan dan pergi ke rumah Fakhrul dengan vario hitam kesayanganku. Sekitar 5 menit perjalanan dan kami pun sampai di rumah Fakhrul. Rumah yang lumayan besar dengan halaman yang cukup luas dan taman yang indah. Aku pun mengikutinya masuk rumah setelah di persilahkan, aku kaget karena begitu masuk, mamanya memeluknya dengan erat dengan mata yang berkaca-kaca seperti habis menangis. Jelang beberapa saat, Fakhrul memperkenalkan aku kepada ibunya, ada sesuatu yang aneh yang kutangkap dari tatapan mata ibunya. Namun aku segera membuang jauh-jauh pikiran itu. “ri, ikut aku kemarku yuk !” ajaknya yang membuatku sadar dari lamunanku.”hmmm,, yuk” jawabku. Kembali aku ternganga melihat isi kamarnya, Biru mendominasi suasana kamarnya, sebuah spring bed king size dengan aplikasi bed cover lamborghini berwarna kuning dengan latar biru membuatnya semakin terkesan mewah. Poster-poster penyanyi dan beberapa group band ternama menghiasi tembok kamarnya. Di depan tempat tidurnya terdapat sebuah TV LCD berukuran 29” dengan Playstation dan DVD player bersama susunan kaset yang tertata apik. Di sebelahnya terdapat 2 meja yang salah satunya berisi seperangkat komputer dan yang lainnya berisi buku-buku pelajaran. Di sudut ruangan ku dapati sebuah lemari besar yang berisi pakaian-pakainnya. Juga ada sebuah rak sepatu yang penuh akan tumpukan sendal dan sepatu model-model terbaru. Tapi perhatianku tertuju pada sebuah foto yang di dalamnya terdapat 2 orang yang terlihat begitu akrab, salah satunya adalah Fakhrul dan yang satunya lagi seseorang yang terlihat lebih tua 1 atau 2 tahun darinya. “Ri !!!!!!!!!!!” teriaknya dan membuyarkan kekagumanku. Aku kaget dan membalas teriakannya “ APA ? Gak usah teriak kali, aku bukan orang tuli” umelku kesal. “Ya kamu sih, dari tadi di panggil gak nyaut-nyaut, apa namanya coba ?” “Hehehe, sori-sori, eh Rul, ini siapa ? kok aku gak liat dia dari tadi,, kakak kamu ya Rul ?” tanyaku. “Oh itu…..” kata-katanya tertahan dan matanya mulai berkaca-kaca. “Kamu kenapa Rul ?”, “eh, gak papa kok. Itu cuman teman masa kecilku”. “oooo,, tapi kok kamu,,,” ,”ah udahlah, tanya yang lain aja OK ?”. “Ya udah”, tutupku dengan tanda tanya yang semakin bertambah di otakku. 2 jam sudah aku di rumahnya, dan aku pun permisi kepada Fakhrul dan mamanya untuk pamit pulang. Dalam perjalanan pulang, pertanyaan yang tak kudapatkan jawabannya tadi kembali menggema dari salah satu sudut kepalaku. “Kenapa sih mamanya Fakhrul kayak gak suka sama aku ? Terus laki-laki yang berfoto bersama Fakhrul itu siapa ya ?” tanyaku pada diri sendiri.

Sesampainya di rumah, aku beres-beres di kamarku dan tertidur karena capek. Namun itu tak berlangsung cukup lama, karena aku merasa ada yang mengganggu tidurku. Aku bangkit dari tidurku dan merasa agak pusing karena tidurku terganggu. Perlahan tapi pasti aku mulai sadar dan melihat siapa yang telah mengganggu tidurku tadi. Ternyata itu Fakhrul, dia tersenyum tengil ke arahku, aku pun melempari dia dengan bantal yang ada dalam genggamanku. Lemparan ku tepat mengenai mukanya, dan akupun tertawa terbahak-bahak. 5 detik berlalu dan Fakhrul tak kunjung bangkit. Aku jadi cemas dan mulai terpikirkan yang aneh-aneh. “Rul… rul… Fakhrul, kenapa sih ni anak, masa di lempar bantal doang pingsan ?” kucoba liat lebih dekat wajahnya yang memang tampan itu, namun tiba tiba dia bangun dan segera ingin duduk, bibir kami bertemu dan sepertinya waktu terhenti untuk sementara……… Sesegera mungkin aku berdiri dan memalingkan mukaku ke arah lain. Kebingungan dan kebisuan mencuat di antara kami…………… Mungkin karena merasa bersalah,Fakhrul mencoba untuk minta maaf kepadaku “Sori Ri, aku gak bermaksud…..” “gak papa, aku tau kamu gak sengaja” selaku. Sejurus kemudian, aku meninggalkan Fakhrul di dalam kamar menuju kamar mandi. “Apa yang terjadi barusan ?”,“Kenapa aku merasa senang dan bingung dalam waktu yang sama tadi ?”,”Apakah aku menyukai Fakrul?”,”Tapi gak mungkin,kami kan sama-sama lelaki?”, beribu pertanyaan dilontarkan oleh hatiku, dan tak satupun yang bisa kujawab. Kemudian aku putuskan untuk kembali menemuinya di kamar, namun ternyata dia sudah pulang tanpa pamitan kepadaku. Hanya ada sebuah kertas kecil di atas meja belajarku yang berisi : “Ri, maaf ya aku gak pamit sama kamu pulangnya, soal kejadian tadi, aku bener-bener gak sengaja, sueerrr……… dan kuharap kamu gak berpikiran yang aneh-aneh tentangku. Sorry banget ya Ri. Fakhrul Ku mematung membaca tulisan itu. Satu-satunya hal yang aneh saat ini di otakku bukannya dia, namun diriku sendiri. Kenapa bisa aku merasa senang ? apakah aku ???? Akhirnya sore itu aku cuma bisa merenungi dan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar di dalam kepalaku sampai malam menjelang dan akupun tertidur dengan berjuta pertanyaan yang masih belum terjawab.

Senin, 21 Desember 2009 Pagi kembali menyapaku dengan siulan burung camar di luar jendela kamarku. Saatnya ku kembali jalani rutinitas seperti biasa, yang sebentar lagi mungkin akan berubah karena kejadian kemaren sore. Namun ku buang jauh-jauh pikiran itu karena ku tak mau terlambat datang ke sekolah gara-gara memikirkan hal yang tak kunjung dapat jawabannya itu. Setelah mandi dan berpakaian, kuraih tasku yang berada di meja belajarku, ku segera berpamitan kepada orang tuaku. Ku hidupkan vario hitam kesayanganku dan mengendarainya dengan kecepatan sedang ke sekolahku.

Pukul 7:15 WIB di lapangan sekolah Seperti biasa di setiap sekolah selalu di adakan upacara bendera pada hari senin. Ku cari-cari sosok Fakhrul yang telah memberikan berjuta pertanyaan di dalam otakku. Namun pencarianku tak membuahkan hasil. Dia tak ada di lapangan ini. Ada sedikit kecewa di hatiku saat ini, tapi biarlah, mungkin saja dia belum datang atau sengaja berada di kantor guru karena dia adalah murid baru. Hmmph who knows ? Jam tanganku menunjukkan pukul 8:05, sekarang aku berada di ruang kelasku yaitu kelas X1 IPA 1. Pagi ini kelasku akan belajar matematika dengan seorang guru yang agak nyeleneh namun mengasikan yang bernama Bapak Yaswanda. Pak Wan masuk bersama wali kelas ku yang bernama Bu Astika, di belakangnya ada seorang pemuda yang aku kenali. Ya…. itu Fakhrul, itu memang Fakhrul. Pandanganku tak lepas darinya, dia menoleh kearahku kemudian melemparkan senyumannya yang 2 hari ini temani hariku. Seketika kelasku yang semula tenang menjadi riuh karena sibuk membicarakan sosok tampan yang berada di depan kelas. Robi yang duduk di depanku menoleh ke arahku dan menegurku, “Sob, lu udah kenal ya ? kok dari tadi liatnya gitu ?” tanyanya mengagetkanku. “Haa ? oh,, iya, 2 hari yang lalu aku ketemu sama dia di deket rumah Kakek Tono, dia kelihatannya lagi sedih, ya ku samperin deh”,”ooooo” balesnya. “Bulet” plesetku. Kami pun tertawa karenanya. Tiba-tiba bu Astika membuka suara dan membuat kami smua diam. “Anak-anak, hari ini kita kedatangan seorang murid baru, nah tak kenal maka tak sayang bukan ?, silahkan perkenalkan diri ananda” ucapnya ke arah Fakhrul. Fakhrul introducing himself: “Perkenalkan, nama saya Fakhrul Muhammad Muchtar, saya pindahan dari Padang, anak tunggal dari kedua orang tua saya, dan paling hobi belajar matematika”, ucapnya singkat. “Ada yang ingin di tanyakan sama Fakhrul ?” kata bu Asti. “Status skarang gmana ?” teriak sesil yang terkenal centil. “huuuuuuuuuuu” sorak yang lain kearah sesil. “Alhamdulillah anak kandung dan mulai sekarang tercatat sebagai siswa SMA ini” jawabnya sambil senyum dengan sangat manis. Sontak seluruh isi kelas tertawa dengan jawaban yang ia lontarkan. “Sudah-sudah, ayo kita mulai belajar, Fakhrul silahkan duduk di sebelah Ari karena itu satu-satunya bangku kosong di kelas ini”. ucap Bu Asti yang kembali membuat kami diam. Fakhrul melangkah dengan santai ke tempat duduk di sebelahku, setelah menaruh tasnya di meja, dia duduk kemudian menoleh dan kembali tersenyum ke arahku.”Hai Ri, baek kan ?” sapanya. “ya begitulah, kamu juga sehat kan?” balasku berbasa basi. Sebelum Fakhrul sempat membalas ucapanku, Pak Wan telah memulai kalimatnya yang berarti kami harus diam dan memperhatikan beliau menerangkan pelajaran. Tak banyak hal yang terjadi di sekolah hari ini, Fakhrul seakan lupa kejadian kemaren. Atau mungkin dia sengaja tidak menyinggungnya ? Ah sudahlah, biarkanlah perasaan senang kemaren menguap di bawa angin siang ini. Sore ini aku berjanji untuk pergi dengan Fahkrul ke lapangan bola yang ada di dekat rumahku. Jam 5 sore ia sampai dengan Yamaha vixionnya dan segera mengajak ku ke sana. Biasanya lapangan ini ramai karena anak-anak sering bermain bola di lapangan ini, tapi entah kenapa sekarang tidak ada sama sekali yang berada di sini kecuali aku dan Fakhrul. Ada sedikit perasaan senang dalam hatiku karena cuma kami berdua di sini. Aku pun rebahan sambil memandang langit sore yang di hiasi lembayung senja. Hatiku damai dan tentram di saat-saat seperti ini. Fakhrul pun ikutan rebahan di sampingku. “Ri, ada pelangi tuh” ujarnya sambil menunjuk ke arah pelangi tersebut. Ku ikuti arah telunjuknya dan mendapati pelangi tersebut, “Indah” hanya itu kata yang keluar dari mulutku. Fakhrul menoleh ke arahku kemudian tersenyum simpul dan berkata, “memang, Pelangi di ujung senja memang indah, oh ya Ri, mengenai kejadian kemaren…..”.”Ah sudahlah Rul, aku tau kamu gak sengaja”,”Tapi sebenernya aku sengaja Ri” ucapnya lirih. “Ha ? se…se… sengaja gimana ?” tanyaku harap cemas. “ya dari awal kamu nyapa aku malam itu aku ngerasain sesuatu yang lain sama kamu, cara kamu bicara, senyum kamu, kebaikan kamu, dan kurasa ya, aku jatuh cinta sama kamu saat itu” “ CINTA ?” “ya, aku suka sama kamu Ri, aku tau ini aneh dan nggak masuk akal, tapi emang bener, aku suka sama kamu, aku mau kamu jadi pacarku!”. Rasanya bibirku kelu, otakku membeku dan jantungku berhenti berdetak untuk beberapa waktu. “Gimana Ri, kamu mau gak jadi pacarku ?” tanyanya lagi berharap mendapat jawaban dariku. “Nggak taulah Rul, aku masih bingung sama perasaanku sendiri terhadap kamu, berikan aku waktu ya untuk mencari jawabannya ?”, “baiklah, tapi kamu gak bakal ngejauhin aku kan Ri ?” tanyanya sedikit memelas. “gak kok, tenang aja, gimana kalau sekarang kita sahabatan aja ? biarlah waktu yang mengubah perasaanku terhadapmu, ku juga akan berusaha untuk menyukaimu. Tapi aku tak janji ya kalau aku akan bisa menyukaimu?”.”Selama kamu masih bisa temani hariku, aku kan setia menunggu jawabanmu Ri, thanks ya Ri” ucapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Senja mulai beranjak di gantikan malam yang sedari tadi hendak menyelimuti. Kami pun beranjak dari lapangan itu. Tiba-tiba sebuah mobil sedan corolla hitam berhenti di depan kami. Seorang pria yang kira-kira berumur 20-an itu keluar dari mobil dan berjalan ke arah Fakhrul. Sejurus kemudian, dia memeluk Fakhrul dan mengecup keningnya sembari berkata, “Dek jangan tinggalin kakak lagi ya ?”ucapnya lirih .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text


ShoutMix chat widget

Sample Text