Social Icons

Rabu, 13 April 2011

Patung Yunaniku


Langit malam ini terlihat sangat indah. Banyak bintang bertaburan. Seorang pemuda tengah berdiri di depan jendela berkaca besar apartemennya, memandang jauh pada hamparan pemandangan di bawahnya. Semua terlihat sangat kecil dan imut-imut. Orang, kendaraan, rumah-rumah, toko.. semuanya.

Nicky, begitu dia biasa disapa, tersenyum sendiri. Lengkapnya dia bernama Nicholas James. Seorang pemuda berusia 23 tahun 11 Oktober yang lalu, berbintang Libra tentunya. Keturunan Irlandia dengan perawakan kecil, 170 cm dan berat ideal. Wajahnya yang innocent takkan pernah bosan untuk terus ditatap. Dia memiliki sepasang mata biru bening dihiasi bulu mata berwarna coklat yang lebat dan alis tertata rapi di atas matanya. Hidungnya agak tinggi namun tidak berlebihan seperti bule umumnya. Wajahnya mungil dengan tulang rahang yang sempit, membuat wajahnya sangat imut dan innocent. Bibirnya juga sangat menarik, kecil dan merah segar.

Nicky anti rokok. Dia bisa batuk hebat kalau mencium asap rokok. Itulah mengapa giginya yang kecil-kecil selalu putih tidak kusam dan napasnya harum. Bila tertawa, gingsulnya akan terlihat dengan manisnya. Kulitnya seputih susu. Bersih sekali dengan sedikit bulu-bulu coklat halus di tangannya. Keseluruhan penampilannya sangat terawat dan gaya berpakaiannya sangat menarik. Bila dia mau menjadi seorang model, maka dia akan lulus semua syarat-syarat untuk menjadi model tersebut dengan mudah saja. Tapi Nicky tidak tertarik dengan kehidupan itu, meski sempat membintangi beberapa iklan TV untuk produk terkenal dan sedikit photo untuk busana pria di majalah ternama.

Bel pintu berbunyi. Nicky tersentak dari keterasyikkannya menikmati pemandangan dari balik kaca itu, lalu bergegas menuju pintu, setelah sebelumnya merapikan pakaiannya yang memang sudah rapi dan mengusap rambut pirangnya yang dipotong cepak ala Robie Kyne.

Ada Cesco di sana. Berdiri di depan pintu. Sangat gagah dan tampan. Nicky merasakan debar dadanya berpacu kencang. Ah, bukankah sudah tiga tahun ini mereka bersama, tetapi mengapa Nicky selalu merasa gugup bila harus berhadapan dengan 'Patung Yunani' ini.

Francesco, pemuda keturunan Italia, wajar kalau sangat tampan. Usianya tiga tahun di atas Nicky. Lucunya mereka sama-sama berbintang Libra, karena tanggal lahir dan bulan yang berdekatan. Posturnya sangat atletis, 184 cm dengan berat ideal. Tentu saja karena dia seorang bintang lapangan sepakbola dimana sebagai seorang kapten telah berhasil membawa klubnya menjuarai beberapa kali liga bergengsi di negeri ini dan ikut dalam tim negaranya ke Piala Dunia.

Cesco adalah salah satu orang terpopuler dalam jajaran selebritis di sini. Banyak wartawan yang mencoba menjadikannya berita. Untunglah hubungannya dengan Nicky selama ini masih terjaga dengan baik sekali. Mereka memang harus selalu berhati-hati dan waspada.

Cesco tersenyum, memandangnya dalam dengan sepasang mata hazelnya yang sangat indah dan selalu menyorot tajam. Nicky tidak kuasa untuk tidak segera membenamkan tubuhnya ke dada bidang pemuda itu. Cesco melingkarkan tangannya yang kuat dan kokoh untuk memeluk erat tubuh Nicky. Nicky mendongakkan wajah memandang wajah dengan rahang persegi yang kokoh milik Cesco yang kini hanya beberapa senti darinya.

Cesco mendaratkan bibirnya lembut di dahi Nicky dan menciumnya dengan penuh sayang. Lalu berpindah ke hidungnya dan berlanjut ke bibir merah Nicky. Nicky menyambutnya dengan semangat. Cesco melumat dengan penuh perasaan, hingga beberapa kali terdengar bunyi decakan. Menggigit lidah Nicky, mengisap bibir atas dan bawah Nicky bergantian. Cesco takkan mau berhenti bila Nicky tidak segera menjauhkan wajahnya.

"Kita mau pergi kan, Honey?" Nicky mengingatkan dengan lembut, sembari tangannya membelai rambut coklat tebal Cesco yang bergelombang dan gondrong setengkuknya.
Rambut Cesco sangat indah, akan berkilau bila tertimpa cahaya matahari. Dulunya rambut Cesco pendek, tapi dia kemudian membiarkan rambutnya itu panjang hingga seperti sekarang. Alasannya malas datang ke salon untuk gunting rambut.

Cesco memang jantan sekali. Dia tidak suka segala macam yang 'ribet' urusan penampilan atau mode yang sedang ngetrend. Di lapangan, Cesco sangat temperamental, hingga sering diganjar wasit kartu kuning. Hobinya kebut-kebutan dengan mobilnya di jalan raya membuahkan hasil beberapa kali SIM-nya ditahan oleh polisi. Cesco sanggup untuk cuek saja datang ke acara-acara formil dengan jeans belel atau jaket lusuh, kalau Nicky tidak cepat-cepat menahannya dan membetulkan penampilannya.

Cesso mengangguk. Matanya masih menyiratkan kerinduan yang mendalam pada Nicky. Yah, sudah lebih dua minggu ini mereka tidak bertemu.

Tidak lama audi silver milik Cesco membelah jalan yang ditimpa kemilau lampu hias jalan yang meriah. Selama di dalam mobil ini Cesco hampir tidak mengeluarkan suara. Dia hanya diam saja, mendengarkan Nicky yang tengah bercerita penuh semangat. Ada yang tengah meresahkan hati Cesco. Yah, saat ini Cesco sedang kalut, gelisah, bagaimana harus memulai mengatakan sesuatu yang pasti akan mengubah hubungannya dengan orang yang sangat dicintainya ini.

Nicky merasa heran Cesco menghentikan mobilnya tiba-tiba di pinggir jalan yang sepi dan gelap.
"Ada apa Cesco?"
"Ada yang ingin kusampaikan, Nicole.." kepala di sebelahnya menunduk dalam.
Cesco selalu memanggilnya dengan sapaan Nicole. Dan hanya Cesco yang menyapa seperti itu. Nicky merasa dadanya berdebar-debar.

Cesco mengangkat wajahnya, lalu memandang Nicky lama sekali, hingga Nicky merasa jengah.
"Cesco, ada apa sebenarnya..? Katakanlah..! Aku siap mendengarkan.." Nicky bertanya lagi seraya mengusap sisi wajah Cesco.
Cesco memegang tangan yang membelai wajahnya dan meremasnya. Merasakan halusnya kulit tangan tersebut. Cesco membawanya ke bibirnya dan menciumi tangan Nicky. Nicky masih menunggu kalimat apa yang bakal keluar dari bibir Cesco, apa yang ingin disampaikannya.

Tapi Cesco tidak kunjung berkata apa-apa. 'Patung Yunani' itu malah mendekat kepada Nicky. Tangannya meraih kedua bahu Nicky, dan Cesco mengulum bibir Nicky. Nicky membiarkan, mungkin dia belum puas saat di apartemen tadi. Cesco melancarkan jurus-jurus ciuman mautnya. Hisapan-hisapannya pada bibir Nicky membangkitkan gairah Nicky yang tadi still cool. Nicky membalas ciuman Cesco. Cesco semakin bergairah mengisap, menyedot, melumat bibir dan lidah yang segar dan harum yang sangat digilainya itu. Bibir dan lidah seperti ini tidak pernah dijumpainya pada pacar-pacarnya yang wanita.

Bibir Nicky seperti bibir bayi, masih belum terkontaminasi. Napas keduanya memburu. Kini ciuman Cesco pindah ke samping kiri dan kanan leher Nicky. Cesco menghisap diiringi gigitan-gigitan kecil, hingga meninggalkan bekas merah pada kulit leher Nicky yang halus dan bersih. Cesco menciumi leher itu sambil menghirup aroma parfum bercampur keringat Nicky yang segar dan harum, aroma yang membuatnya mabuk kepayang. Nicky mendesah menikmatinya.

Ciuman Cesco yang maut itu dengan liar berpindah ke dada Nicky. Dengan gairah yang menggebu dibukanya resleting jaket berbahan lembut itu. Cesco tidak ingin melepas jaket tersebut dari tubuh Nicky, jadi dia hanya membuka reseltingnya saja. Nicky juga membalas dengan membuka kancing kemeja kotak-kotak Cesco dengan tetap meinggalkan kemeja tersebut di tubuh atletis itu. Bulu-bulu yang lebat pada dada Cesco yang sangat bidang itu segera menyeruak tatkala Nicky membuka kancing itu.

Cesco membenamkan wajahnya ke dada putih bersih Nicky, menikmati kedua puting merah jambu milik Nicky yang sangat menggoda. Nicky mengerang seraya meremas punggung Cesco lewat kedua tangannya yang dimasukkan ke balik kemeja Cesco yang masih melekat. Cesco bergantian menghisap dan mengemut kedua puting susu itu. Menggigit-gigitnya hingga Nicky menggelinjang keasyikan dan semakin kuat meremas punggung Cesco dengan jari-jarinya.

Puas bermain di sekitar puting, Cesco beralih memainkan daerah sekitar perut Nicky yang rata. Mencongkel lubang pusar yang bersih dengan lidahnya. Menghisap-hisap kulit di sekitar perut itu hingga berbekas merah. Tangan Cesco dengan lihai memasuki daerah terlarang Nicky. Penis Nicky sudah ereksi. Cesco meremas-remas batang penis itu hingga suara erangan Nicky menjadi semakin tidak beraturan. Tangan Cesco cepat membuka resleting celana hitam Nicky dan memasukkan tangannya ke balik celana dalam kekasihnya.

Kini tangan Cesco sukses menyentuh langsung organ vital Nicky yang menjadi favorit Cesco itu. Cesco merasakan bulu-bulu lurus yang pasti berwarna coklat (dalam gelap pasti tidak nampak, tapi dia kan sering melihatnya kemarin-kemarin sih..) di sekeliling penis yang sedang digenggamnya itu terasa bagai rumput Jepang yang halus mengelilingi jari-jarinya.

Kemudian dengan gesit tangan Cesco berpindah lagi, kali ini berusaha merogoh lubang anus Nicky. Agak susah karena Nicky kan dalam posisi duduk. Tapi Cesco gigih berusaha. Nicky membantunya dengan sedikit mengangkat pantatnya. Kakinya dibukanya lebar, agak susah untuk selebar mungkin karena terhalang ruangan dalam mobil yang sangat sempit. Kedua tangannya bertumpu pada bahu kekar Cesco.

Cesco melepaskan celana panjang dan celana dalam Nicky hingga sebatas dengkul. Diamatinya sesaat penis Nicky yang berdiri tegak itu. Sedetik kemudian kepalanya menunduk, dan penis itu masuk ke mulutnya, sementara satu jarinya mencungkil dan mempermainkan lubang anus Nicky sambil sesekali meremas pantat mungil Nicky yang padat berisi.

Nicky menggigit bibirnya merasakan kenikmatan yang tiada tara itu. Tangan Nicky meremas-remas rambut di kepala Cesco yang sedang menikmati penisnya. Tidak lama tubuh Nicky menegang, penisnya membesar. Cesco tidak melepaskan penis itu dari mulutnya. Dan seperti yang sering dilakukannya bila mereka bercinta, sperma Nicky yang muncrat keluar segera tertampung di mulut Cesco dan ditelan dengan sukses olehnya.

Nicky merosot lemas, tapi dengan sigap Cesco menangkap tubuhnya dan membawa dalam dekapannya yang hangat. Cesco merasakan deru napas kekasihnya yang masih tersisa itu membelai kupingnya. Cesco menciumi belakang kuping Nicky dengan sayang, kemudian beralih menatap wajah innocent yang penuh peluh itu dan mengecup dahinya lama. Cesco mebersihkan bulir-bulir keringat dari wajah Nicky. Nicky juga mengusap wajah Cesco yang berkeringat, mengelap sisa-sisa sperma yang masih menempel di sudut-sudut bibir cowok itu.

Kemudian Cesco mengecup bibir Nicky yang terbuka karena napasnya yang terengah-engah. Cesco mengecup agak lama beberapa kali bibir Nicky hingga dia puas. Beberapa saat mereka hanya saling berpelukan erat dalam diam, karena Cesco belum mau melepaskan tubuh Nicky yang ditempelnya rapat. Cesco akhirnya merenggangkan pelukannya, kemudian dilepasnya. Nicky meraih celana dalam dan celana panjangnya yang turun hingga lutut tadi, lalu memasangnya kembali di hadapan Cesco yang memperhatikannya.

Cesco membantu memasang resleting jaket Nicky. Tangannya membelai tubuh Nicky yang sudah berselimut jaket kembali itu dengan sayang. Nicky memasang kembali kancing kemeja Cesco.Cesco memandang Nicky lagi agak lama, hingga Nicky terheran-heran. Cowok tampan ini tidak pernah berbuat seperti ini sebelumnya. Cesco kembali meraih tubuh Nicky dan mendekapnya erat. Nicky semakin heran kenapa Cesco bersikap begini, seolah sangat takut kehilangan dirinya.

"Cesco, what's wrong..?" tanya Nicky pelan dan lembut. Cesco tetap diam.
"Kamu bilang tadi mau ngomong sesuatu. Katakanlah, Cesco.." desak Nicky lagi.
Cesco melepaskan pelukannya. Dia kembali ke posisi duduknya, kepalanya bergerak memandang ke luar jendela, menghindari tatapan Nicky.
"Nicole, kamu tahu kan.. kalo aku akan segera menikah.." akhirnya keluar juga kata-kata dari bibirnya. Cesco berpaling dan kini menatap Nicky lekat.

Nicky terdiam. Ah, dia memang sadar, bahwa Cesco bukanlah seorang gay. Tiga tahun lalu saat mereka bertemu, Cesco sudah punya pacar wanita bernama Maria, seorang artis terkenal. Dan tidak lama lagi dia akan menikahi pacarnya itu. Jauh-jauh hari Nicky memang sudah mengatakan padanya bahwa dia tidak akan menghalangi kodrat Cesco sebagai seorang lelaki sejati. Malah Nicky yang mendorong Cesco untuk segera menikah. Meski hati kecil Nicky menolaknya dan merasa tersakiti.

"Tentu saja, Cesco.." Nicky tersenyum, merasa itu berita lama.
"Kamu pasti ingat akan janjiku yang tetap akan mencintaimu meski aku nanti telah menikah dan punya anak. Aku akan selalu membagi waktu untuk kita berdua. Janji hatiku yang kukatakan padamu bahwa seandainya aku menikahi Maria, maka itu berarti aku menikahimu juga.. dan bila aku punya anak, itu berarti anak kita juga.."
Nicky masih ingat janji manis itu semua, dan dia mengangguk.

Cesco menghembuskan napas keras. Terlihat wajahnya sangat galau. Tangannya yang kokoh memainkan kemudi dengan gelisah. Jarang Nicky melihatnya segelisah ini. Cesco adalah sosok sejati yang keras dan tegas. Dia biasanya selalu menghadapi segala persoalan dengan tenang.

"Aku mencabut kata-kataku tersebut. Maafkan aku Nicole. Aku ingin kita mengakhiri saja hubungan kita mulai saat ini."Bagaikan sesuatu yang mengangkat dan mencampakkannya ke jurang yang paling dalam, tak berdasar. Nicky terpana. Apa dia tidak salah dengar? Hening menyelimuti sekeliling mereka kembali. Nicky berusaha keras menetralisir hatinya yang tiba-tiba remuk.

"Aku tidak ingin membiarkan rasa ini semakin kuat menyelimutiku. Perasaan yang membuat aku tidak bisa hidup tanpa dirimu, membiarkanmu terus-terusan mengelilingi hari-hariku. Aku bukan gay, Nicole. Aku harus menghentikan mulai saat ini sebelum aku benar-benar terperangkap dan tidak bisa keluar lagi," tegas suara itu mengiris-iris hati Nicky.
Lama dia tidak dapat berkata apa-apa, karena tidak tahu harus berkata apa. Lidahnya kelu, air matanya mau tumpah, tapi Nicky berusaha keras menahannya agar tidak jatuh di hadapan 'Patung Yunani' yang tengah melukai hatinya saat ini.

"Kenapa baru sekarang kau katakan itu Cesco. Setelah tiga tahun hubungan kita.." akhirnya dapat juga Nicky bersuara, nyaris tercekik.
"Aku harap kamu mengerti, Nicole.."
Lama hening menyelimuti mereka. Cesco telah melukai hatinya dengan teramat dalam.

"Baiklah kalau itu yang kamu inginkan, Cesco. Aku menghargai keputusanmu," akhirnya pelan Nicky bersuara.
Hatinya hancur berkeping-keping. Yah, dia sangat mencintai Cesco, tapi di lain sisi juga tidak ingin cowok tersebut menjadi gay sepertinya. Biarlah Cesco kembali ke dunianya yang normal, menikah dalam kebahagiaan dan punya anak sebagai keturunannya.

"Aku akan pergi dari kehidupanmu..," Nicky menghapus air matanya dengan tangannya yang terasa dingin seperti es.
Tegar, ditolehkannya kepala. Menatap Cesco. Cowok itu masih tidak ingin menoleh ke arah Nicky. Nicky tahu, mata hazel itu tidak kan dapat membohongi perasaannya.
"Goodbye.." Nicky membuka pintu mobil dan segera keluar.
Tiba-tiba saja seluruh badannya terasa sangat sakit dan berdenyut. Sakit karena diremas-remas oleh Cesco saat bercinta tadi. Hmh, kini kenikmatan yang dirasakan tadi menguap entah kemana.

Cesco tampak sangat terkejut, tidak menyangka Nicky akan keluar.
"Nicole, wait! Kamu mau kemana?" Cesco turut keluar dari mobilnya dengan bingung.
"Please, Cesco. Jangan panggil aku dengan nama itu lagi," pinta Nicky saat Cesco mendekatinya.
Cesco tampak terkejut, "Why?"
"Hubungan kita sudah berakhir kan? Panggillah aku dengan nama yang sama seperti orang lain memanggilku," ucap Nicky perlahan.
Cesco terpana. Nicky membuang muka.. berusaha menahan air matanya yang mau jatuh lagi. Tidak menyangka hubungan yang manis selama ini akan berakhir begini.

"Aku antar ya?"
"Sudahlah, Cesco. Aku bisa pulang sendiri," tolak Nicky sambil berharap ada taksi iseng lewat di jalan gelap ini untuk mencari penumpang.
Saat ini dia benar-benar tidak ingin berdekatan dengan Cesco.
"Nicole.. maksudku Nicky.." suara Cesco terdengar aneh saat menyebut nama itu, karena selama ini dia tidak pernah memanggil dengan nama Nicky.

Udara sangat dingin. Hujan mulai turun rintik-rintik. Nicky mengutuk cuaca yang tidak bersahabat. Bagaimana mau pulang nih kalau hujan.
"Jalan ini jauh dari pusat kota, kamu tau kan? Tidak akan ada taksi yang lewat hingga besok pagi. Marilah aku antar," bujuk Cesco lagi dengan lembut.
Nicky sedikit demi sedikit menjauhi Cesco dan Audi-nya hingga beberapa meter.

Cesco mengunci Audi-nya dengan alarm, lalu mengikuti Nicky yang berjalan selangkah demi selangkah. Hujan mulai tambah lebat rintiknya.
"Nicole! Kamu jangan sinting! Kamu mau kemana sih? Kamu jalan ratusan meter juga nggak akan dapat taksi," omel Cesco dengan suara tinggi. Cowok itu kelihatannya mulai marah.
"Bukan urusanmu! Sudah kubilang jangan panggil aku dengan nama itu lagi. Sudah, pulang sana!" perintah Nicky ketus.
Dia kesal karena Cesco terus mengikutinya padahal dia sedang ingin sendiri saja untuk merenungi nasibnya yang malang saat ini.
Sementara cuaca memang benar-benar tidak bersahabat sama Nicky. Angin mulai menderu-deru kencang. Dingin menggigit ke tulang sumsum Nicky. Dia sebenarnya ingin jalan lebih cepat lagi, tapi seluruh selangkangannya terasa sakit sekali.
"Nicole.."
Nicky berbalik dengan wajah merah. Tatapannya berapi-api. Panggilan Nicole terdengar begitu menyakitkan sekaligus memuakkan terdengar di telinganya.

Cesco tertegun melihat wajah Nicky yang merah dan matanya yang berkaca-kaca, tapi langkahnya tidak surut mendekati cowok keras kepala tersebut.
"Maafkan aku, Nicole. Sungguh, maafkanlah aku. Aku tak bermaksud menyakiti hatimu. Kamu punya arti tersendiri dalam hidupku selama ini, Honey.." raut penyesalan tampak jelas pada wajah tampan itu, sementara tangannya yang kokoh ingin meraih bahu Nicky, tapi cowok itu segera menepis.

Nicole membuang muka, menyembunyikan lelehan air matanya yang menyembul tanpa izin. Cesco tidak pandai berkata-kata puitis atau sentimentil, tapi yang baru diucapkannya itu adalah benar-benar dari hatinya. Makanya Nicky jadi semakin terluka.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Cesco. Kumohon jangan panggil aku dengan nama itu lagi, rasanya sangat menyakitkan. Nah, sekarang pergilah.." pinta Nicky pilu, tanpa mau menatap wajah Cesco.

Cesco terdiam agak lama. Nicky tahu dia pasti sedang menatap lekat dirinya yang sedang membelakanginya saat ini dengan tatapan yang Nicky takkan dapat menebaknya.
"Aku tidak bisa melepasmu di tengah cuaca seperti ini.." lirih suara Cesco. Suaranya terdengar basah.
"Kau harus tegas dengan sikapmu untuk mengakhiri hubungan kita, Cesco" Nicky kemudian berbalik, menantang tatapan mata hazel Cesco yang menatapnya lekat.
Cesco masih menatap lekat Nicky begitu tajam dan dalam, seolah menembus hingga ke lubuk hati Nicky yang paling dalam, dengan pandangan yang sulit diartikan.

Hujan mulai lebat. Nicky berbalik dan berlari. Cesco mengejar Nicky dengan mudah. Ditariknya tangan cowok itu dengan kasar hingga Nicky berhenti.
"Jangan memaksaku bersikap kasar, Nicole. Pokoknya kamu harus pulang dengan aku. Titik!" bentak Cesco tegas.
"Leave me alone. Lepaskan tanganku, Cesco! Lepaskan kataku!" Nicky meronta-ronta.
Dia sangat benci pada Cesco yang masih menunjukkan keperduliannya, karena itu membuat hati Nicky menjadi semakin tersakiti. Cesco tidak perduli. Tangan Nicky yang sebelah digenggam kuat oleh tangannya. Cesco menyeret Nicky kembali ke Audi-nya. Hujan beserta petir terdengar begitu mengerikan. Badan mereka basah kuyup.

Cesco membuka pintu mobilnya dan menolak Nicky hingga terbanting ke kursi. Dihempasnya pintu mobil kuat-kuat, lalu dia pun masuk dan buru-buru melarikan Audi-nya, takut kalau jalan pelan-pelan Nicky akan melompat keluar. Ternyata memang sangat jauh dari pusat kota. Nicky menggigil kedinginan, sambil tidak sanggup membayangkan seandainya Cesco benar-benar meninggalkannya sendirian di jalan tadi.

Di dalam mobil yang melaju kencang itu tidak ada yang berminat memulai percakapan. Nicky apalagi. Dia merasa sangat lelah, sedih, sakit fisik, sakit hati, kesal, terluka dan sebagainya. Badannya terasa sangat sakit sekali, terlebih ketika Cesco menyeretnya tadi. Sementara Cesco terdengar menghela napas berkali-kali, tampaknya tengah bergulat dengan pikirannya sendiri. Sesekali dia meningkatkan volume penghangat suhu ruangan setelah melirik Nicky yang menggigil dengan gigi gemerutuk.

Akhirnya mereka sampai di halaman depan apartemen Nicky. Sebenarnya Cesco yang membelikan untuknya, sedang dia tidak pernah memintanya. Nicky merasa sangat enggan untuk tinggal di sana lagi setelah apa yang terjadi kini. Yah, bukankah dia dan Cesco tidak ada hubungan apa-apa lagi.

Nicky membuka pintunya perlahan, tapi dia masih duduk di kursi, karena badannya sakit sekali.
"Kamu masih ingat kita sering bertengkar seperti ini kan, Nicole.."
Nicky terkejut mendengar suara Cesco yang tiba-tiba itu. Dengan heran ditatapnya wajah Cesco. Cowok itu tengah memandangnya dengan mata bersinar sayang. Bibirnya tampak tersenyum. Nicky menunduk.

Mereka memang suka bertengkar pada hal-hal sepele. Biasanya Nicky akan ngambek pada Cesco, meski itu seringnya bukan salah Cesco. Nicky merasa Cesco tidak pernah mau mengalah padanya, padahal Nicky kan lebih muda. Dan Cesco sering mengutuknya dengan sebutan keras kepala dan childish. Yah, Nicky memang suka keras kepala dan bersikap childish bila sudah berdebat dengan Cesco. Tapi mereka tidak kan pernah lama saling marahan. Biasanya Cesco yang mengalah, karena dia tidak tahan buat lama-lama marahan sama Nicky. Dan kalau mengingat itu mereka akan tertawa geli, sambil saling ngeledek tingkah masing-masing yang kekanakan itu.

Nicky merasa hatinya ngilu. Kenangan itu sangat indah, tapi kini sudah berakhir.
"Ya, aku akan selalu ingat itu. Tapi semua itu sudah berakhir kan, Cesco? Kamu nggak perlu pusing lagi ngadepin aku yang suka ngambek dan keras kepala ini.." ucap Nicky lirih. Cesco terdiam.
"Terima kasih atas hari-hari yang telah kita lalui selama tiga tahun ini, Cesco. Aku senang dan turut bahagia atas pernikahanmu dan kehidupanmu selanjutnya. Oya, semoga kamu segera punya anak lelaki, biar ada Cesco junior, yang juga jago maen bola kayak daddy-nya," Nicky tersenyum.
Dia sudah dapat menetralisir hatinya.

Dia masih sangat mencintai Cesco, dan tidak membenci cowok itu. Keputusan yang diambil Cesco adalah tepat. Cowok itu tidak boleh bersamanya terus-terusan. Dia sayang Cesco, dan harus membiarkan cowok itu dengan kehidupan normalnya sebagai lelaki. Biarlah cinta ini dipendamnya sendiri bersama kenangan-kenangan manis yang telah mereka lalui selama ini.

Cesco masih tidak bereaksi. Tetap diam.
"Aku akan meninggalkan kota ini, Cesco.."
"Kamu mau pergi?" Cesco tidak dapat menyembunyikan kagetnya. Terlihat wajahnya menegang.
"Ya, itu caraku untuk membantu melupakan hubungan kita," sahut Nicky sambil berusaha tersenyum lembut, meski hatinya miris. Cesco tidak bersuara.
"Goodbye, Cesco.." bisiknya sambil menyentuh tangan Cesco yang memegang tongkat persneling.
Terasa dingin sekali. Cowok tampan itu tidak menyahut. Dia hanya menunduk, menyembunyikan wajahnya di balik rambut coklatnya yang bergelombang.

*****

Satu tahun sudah perpisahannya dengan Cesco yang akan selalu ada di lubuk hatinya. Nicky menghibur dirinya dengan mengikuti tour keliling Asia. Dalam perjalanan tersebut Nicky bertemu seorang cowok yang kemudian menjadi teman dekatnya. Robert nama cowok itu. Seorang pemuda warga negara Amerika dengan kulit hitam legam, bibir tebal dan rambut keriting. Jauh bila dibandingkan si ganteng Denzel Washington atau Will Smith.

Wajahnya biasa saja, kalau tidak mau dikatakan jelek. Tubuhnya saja yang lumayan atletis. Dia pakai kacamata tebal minus 7 dengan model kuno. Selera pakaiannya juga kuno. Berbanding 360 derajat dengan Nicky yang fasionable. Sekali ini selera Nicky memang benar-benar kacau. Pembaca mungkin tidak rela Nicky harus berpasangan dengan cowok ini, tapi itulah yang terjadi. Cowok itu memang seorang gay, dengan usia yang sebaya dengan Cesco dulu.

Sebenarnya Nicky tidak menganggapnya lebih dari seorang sahabat, tapi Robert merasa begitu. Mendapatkan Nicky adalah anugrah terindahnya. Dan selama ini Nicky selalu menurut saja diajaknya tinggal bersamanya. Robert bekerja sebagai seorang jurnalis majalah olahraga di kota tempat Cesco dan Nicky tinggal dulu. Nicky mau kembali ke kota itu karena isu yang mengatakan bahwa Cesco akan segera pindah ke Spanyol karena dibeli oleh klub terhebat di negara tersebut. Dan saat bertanya ke Robert, memang 90 % isu itu benar Cesco bakal pindah ke sana. Nicky pun lega.

Apartemen Robert sangat jauh dari nyaman bila dibandingin dengan apartemen mewah pemberian Cesco dulu yang sudah ditinggalkannya. Tapi cukuplah itu bagi Nicky. Robert seorang yang hangat dan perhatian. Kesannya jadi agak kebapakan. Tapi Nicky oke saja, karena dia memang suka dimanja. Meski hati kecilnya belum dapat melupakan sosok indah 'patung yunani'-nya. Robert tidak pernah tahu tentang Cesco karena Nicky tidak mau membeberkan rahasianya yang satu ini kepada siapapun.

Sejak pengakuan Cesco untuk memutuskan hubungan malam itu setahun yang lalu, adalah saat terakhir pertemuannya dengan cowok itu. Sejak saat itu Cesco tidak pernah menemuinya atau menghubunginya lagi. Pernikahan Cesco diliput cukup hebat oleh media massa, dan Nicky hanya menyaksikannya dari TV dengan sedih. 'Patung Yunani'-nya sangat gagah sekali dengan jas pengantin, didampingi istrinya Maria yang bergaun putih bersih, sangat cantik. Nicky merasa bahagia saat melihat pasangan serasi itu berciuman dan saling berikrar dalam upacara yang sangat sakral itu. Yah, dia bahagia atas Cesco.

Kini Cesco sudah punya seorang anak lelaki dan karirnya dalam dunia sepakbola semakin gemilang saja. Nicky merasa semakin bahagia. Meski lubuk hatinya agak terluka, karena kerinduannya yang mendalam terhadap Cesco dan batinnya yang bertanya-tanya apakah Cesco mengalami kerinduan yang serupa sepertinya. Tapi ah, sudahlah.. Cesco adalah bagian masa lalu. Kini dia telah melangkah menuju kehidupan yang baru.

Robert mencintainya segenap jiwa raga. Tapi Nicky tidak mencintainya. Nicky hanya ingin bersahabat dengannya. Hatinya telah tertambat pada Cesco. Sulit untuk memulai mencintai sosok lain. Hal ini membuat Robert kecewa dan kesal. Tapi Robert memang harus bersabar. Sebenarnya Robert sangat memuja, juga bernafsu pada Nicky. Ya, sangat. Tapi hingga saat ini dia masih belum dapat mencicipi tubuh bagus itu. Robert tidak memungkiri bahwa keseluruhan fisik cowok itu sangat perfect. Itulah mengapa Nicky kalau pakai pakaian apa saja terlihat menarik, pikir Robert. Ditambah, kulit bulenya tidak seperti umumnya, halus dan bersih. Dia disamping tipe pembersih dan rapi, juga sangat memperhatikan penampilan.. meski tidak harus berlagak seperti banci yang sangat dibenci Robert.

Robert ingin sekali mengunyah bibir tipis yang segar merah milik Nicky. Membayangkan itu saja penis Robert dapat ereksi. Tapi Nicky tidak pernah memberinya kesempatan. Nicky selalu menghindar bila Robert menunjukkan gelagat merayu ke sana. Semakin hari semakin susah menyembunyikan perasaan dan hasrat ini, batin Robert. Yah, dia memang selalu, tanpa disadari Nicky, memperhatikan cowok itu.. tepatnya mengintip. Dari mulai ganti pakaian hingga mandi. Dia tidak dapat menahan hasratnya saat melihat Nicky berendam sambil tertidur di bath-up, ingin menerkam bagai singa kelaparan.

Pernah suatu kali Robert nekat masuk ke kamar mandi dan membuka tirai mandi, dimana Nicky sedang mandi di bawah shower. Kontan cowok itu kaget bukan kepalang, dan lucunya.. berusaha menutupi bagian-bagian tertentu dari tubuhnya. Robert pura-pura malu dan berdalih lupa kalau di dalam sedang ada orang, dan berlalu dari situ.

Robert semakin kesal karena akhir-akhir ini Nicky memang mulai tampak menjaga aktivitas seputar ganti pakaian dan mandi dari Robert. Dia selalu mengunci pintu kamarnya kalau melakukan hal itu. Nicky dan Robert memang tidak tidur satu kamar. Nicky lah yang meminta begitu. Terkadang Robert sangat geram dan terdorong oleh hasratnya, rasanya ingin memaksa atau memperkosa saja Nicky. Tapi dia masih dapat mengandalkan akal jernihnya untuk tetap menahan diri. Robert takut Nicky malah akan pergi dari sisinya untuk selamanya bila dia memaksakan keinginannya.

Akhirnya Robert hanya dapat melampiaskan keinginannya dengan masturbasi sambil membayangkan wajah dan tubuh Nicky yang menggoda. Yah, Robert memang harus menunggu dan bersabar. Yang membuat Robert semakin kesal dan cemburu, Nicky sangat antusias dengan segala berita seputar Francesco, bintang sepakbola yang sangat terpopuler itu. Meski Robert maklum, Nicky seperti orang lain, mungkin ngefans cowok ganteng itu.

"Kalau dia mengajak kamu main sex, kamu pasti oke aja kan?" tanya Robert sinis suatu hari tatkala melihat Nicky tidak berkedip memelototi poster Francesco dari majalah olahraga terbaru tempat dia kerja.
Nicky hanya terdiam dengan wajah merah saat itu. Tapi yang membuat Robert heran adalah ketika Nicky mendengar berita terakhir tentang gagalnya kepindahan Francesco ke Spanyol. Pemain itu lebih suka di klubnya yang lama dan ternyata telah memperbaharui kontrak dengan klub tersebut.

Nicky tampak begitu gelisah dan bingung. Tapi tidak ada yang dapat Robert korek dari mulutnya tentang mengapa dia bersikap seperti itu. Nicky tidak pernah mau memberitahukan kenapa.

*****

Cesco menyusuri jalan raya dengan Audi-nya. Dia sangat sayang dengan kendaraannya yang satu ini, dan akan dipakainya bila dia sedang bepergian sendiri, tidak dengan keluarganya. Karena Audi ini menjadi saksi bisu atas hubungannya yang manis dengan Nicky. Ah, Nicole.. dimanakah belahan hatinya itu sekarang.

Sebenarnya hatinya hancur tatkala memutuskan untuk berpisah dengan Nicole. Dia sadar, cowok manis itu telah menjadi bagian dari kehidupannya. Dia tidak ingin melepaskan Nicole. Tapi Cesco tidak kuasa. Egonya yang tinggi sebagai lelaki memaksanya untuk kembali pada jalan yang normal, dan memang itu telah dilakukannya. Dia telah berhasil berdiri pada kepribadian ganda. Satu sisi dia sukses menampilkan diri sebagai lelaki normal dengan karir cemerlang. Tapi di sisi lain Cesco merana dan tidak bahagia. Hatinya meraung memanggil nama Nicole. Sosok itu selalu muncul membayangi sisi hatinya. Menari-nari disetiap sel kalbunya.

Semakin hari Cesco merasakan kesesakan yang teramat sangat. Wajah innocent, perhatian, tatapan polos dan penuh cinta, cara bicara yang bersemangat dengan suara serak basahnya yang menggemaskan, senyum cerah yang menampakkan giginya yang lucu tidak beraturan, tawanya yang lepas, jalan yang ringan, tidurnya yang bagai bayi. Kerinduan yang dalam memuncak ingin bertemu dengan kekasihnya itu. Cesco hanya dapat berdoa suatu saat akan dipertemukan kembali oleh Nicole.

Tanpa ada rencana sebelumnya, Cesco mendadak menghentikan Audi-nya ke sebuah taman di pinggir danau. Di tempat ini dulunya Cesco sering menemui Nicole pada awal-awal kencan mereka. Cesco ingin mengenang kembali. Cesco berjalan lambat-lambat menikmati angin semilir dari pepohonan dan udara segar di sekelilingnya. Matahari sudah mulai tenggelam, terlihat sangat indah warna keemasan di langit sana. Beberapa orang mulai beranjak dari taman tersebut untuk kembali.

Cesco mengawasi sebuah bangku dari kejauhan di mana dulu Nicole sering menunggunya. Bangku itu menghadap ke danau yang indah. Cesco melihat seorang cowok duduk di sana, memunggunginya, tampak sedang menikmati pemandangan danau yang romantis. Cesco berjalan mendekat, sambil tersenyum dan berfantasi andai dia adalah Nicole.
Cesco sekarang berada beberapa meter dari sosok yang masih menikmati pemandangan danau itu. Sosok itu mengenakan sweater cukup tebal (karena cuaca yang dingin), celana jeans dan kepala yang tertutup topi wol. Cesco tidak tertarik padanya, cowok gagah itu hanya menikmati pemandangan danau di hadapannya, dan berharap sosok itu segera pergi agar dia dapat segera duduk di bangku tersebut.

Sosok itu akhirnya berdiri dan berbalik ke arah Cesco. Tampaknya ingin kembali. Dan bagai tersengat halilintar, Cesco terpaku di tempatnya tatkala matanya bersirobok dengan mata biru bening milik cowok itu. Cowok tersebut juga tidak kalah kaget dan terpaku diam di tempatnya. Seluruh tubuh Cesco terasa tegang dan tenggorokannya terasa tercekik.

"Nicole! Kamu.. Nicole?!" tidak percaya seolah mimpi rasanya Cesco.
Yah, cowok tersebut memang Nicky. Nicky yang sore itu merasa kangen ingin bernostalgia ke taman tersebut, mengenang saat-saat indahnya dengan Cesco dulu. Saat duduk tadi dia iseng-iseng berdoa agar dipertemukan kembali dengan cowok gagah-nya. Tapi Nicky benar-benar tidak menyangka doanya terkabul secepat ini. Cesco benar-benar nyata berdiri di hadapannya. Sesaat mereka hanya saling terpana dan bengong.

"Cesco.." bisik Nicky tidak percaya.
Cesco berjalan mendekatinya, perlahan.. hingga akhirnya dekat sekali di hadapannya. Nicky mengangkat tangannya yang menggeletar dan meraba dada Cesco yang terbungkus jaket kulit hitam, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini nyata. Cesco sebenarnya ingin merenggut tubuh mungil itu dan menenggelamkan ke dalam pelukannya, tapi mendadak ada beberapa orang anak kecil yang mengerumuninya dan meminta tanda tangan. Mereka segera tersadar sedang berada di tempat umum.

"Hai.. apa kabar, Ces?" sapa Nicky gugup setelah anak-anak kecil itu berlalu. Suaranya terdengar asing dan kaku.
Cesco tidak menjawab, hanya mata tajamnya tidak berkedip menelusuri wajah manis Nicky dengan segenap perasaan rindu mendalam. Takjub.
"Nicole.. aku tak menyangka kita akan bertemu kembali. Di tempat yang penuh kenangan manis ini. Ternyata Tuhan mendengar doaku.." sahut Cesco penuh haru.
Tangannya digenggam erat di balik saku jaketnya, agar tidak lepas kendali untuk meraih tubuh bekas kekasihnya itu.

"Tuhan juga mendengar doaku.." balas Nicky sambil tersenyum.
Mereka saling berdiri kembali dalam diam. Langit sudah kelam, lampu-lampu taman bersinar indah.
"Kamu tinggal di kota ini kembali, Nicole?" tanya Cesco pelan. Suaranya terdengar basah.
"Aku.. yah, bisa dikatakan begitu.." sahut Nicky terbata.
"Dan kamu juga tidak jadi pindah ke Spanyol, Cesco. Why..?" Nicky balik bertanya.
"Aku tidak bisa meninggalkan kota ini. Entahlah, hatiku berat untuk pergi dari sini.." jawab Cesco perlahan. Mereka terdiam lagi.

"Nicole.. maukah kamu ikut denganku?" tanya Cesco kemudian.
"Kemana?"
"Ke suatu tempat yang pasti tak kan kamu lupa.."
"Baiklah."
Audi Cesco bergerak meninggalkan taman itu. Kali ini Cesco tidak sendiri, karena ada Nicky yang menemaninya. Yah, Nicole.. belahan jiwanya telah kembali.

Di dalam mobil mereka masih saling bersikap kaku. Nicky masih gugup dengan kehadiran Cesco yang tiba-tiba. Sementara Cesco merasa agak kecewa karena Nicky tampak begitu kaku, padahal hatinya ingin meledak karena dapat bertemu kembali dengan sosok yang digilainya itu. Nicky bengong saat Audi Cesco berhenti di depan apartemennya yang dulu. Dengan pandangan tidak mengerti dia menoleh pada Cesco. Cesco hanya tertawa manis.

"Ini apartemenmu kan, Nicole. Aku telah merawatnya dengan sangat baik setelah kau tinggalkan begitu saja. Barang-barangnya masih utuh tuh. Periksa aja," papar Cesco seraya keluar dari mobilnya.
"Kupikir sudah kamu jual.." kata Nicky seraya mengikuti langkah panjang Cesco memasuki gedung apartemen tersebut.
"Ini milikmu, Nicole. Aku tidak berhak menjualnya," sanggah Cesco sambil memicit angka 15 pada pada knop lift. Nicky terdiam.

"Lagipula terlalu banyak kenangan kita berdua dalam apartemen ini kan, Nicole.."
Dada Nicky berdebar keras. Ah, tentu saja. Cesco dan dirinya selalu bermesraan di sana. Menjalani kehidupan layaknya suami istri. Dan apartemennya adalah saksi cinta dan keseharian mereka. Memang tidak ada yang berubah di apartemennya. Semuanya tampak rapi dan bersih. Nicky jadi tersenyum sendiri, membayangkan tempat tinggalnya bersama Robert yang sekarang. Tiba-tiba dia merasa tidak ingin keluar lagi dari sini.

Nicky berbalik dan mendapatkan Cesco tengah berdiri menatapnya lekat dengan tatapan tajam menembus jantung kalbu. Jantung Nicky berdebar kencang. Tiba-tiba Cesco meraih tubuh itu dan menenggelamkannya ke dalam pelukannya. Hidungnya segera menghirup wangi tubuh Nicky yang fresh, wangi yang sangat disukainya dan telah lama dirindukannya karena kepergian cowok itu.

"Maafkan aku, Nicole.." bibir Cesco terbata, berusaha menetralisir hatinya yang penuh haru.
"Nicole, selama ini aku sangat menderita karena telah kehilangan dirimu. Aku tidak bisa memungkiri hatiku yang sangat mencintaimu lebih dari segalanya. Aku memang pengecut tidak mau jujur mengakui perasaanku. Maafkanlah aku.." perlahan Cesco mengungkapkan isi hatinya.
Nicole tidak dapat menyembunyikan perasaannya, matanya sudah basah oleh air mata. Yah dia pun menderita selama ini.

Cesco mengulum bibir merah Nicky. Perlahan. Menghisapnya dengan penuh perasaan. Lama. Menggigit lidah basah itu lembut. Nicky menikmatinya. Wangi tubuh khas Cesco yang mengelilinginya adalah keharuman maskulin yang sangat digilainya. Oh, sudah berapa lama dia tidak merasakan ini. Sangat lama. Dan dia hanya melakukannya bersama Cesco.

Ciuman Cesco semakin menggelora. Dia bagai kesetanan menciumi bibir Nicky, menyedot lidah kenyal dan harum itu kuat.. hingga Nicky agak kesakitan. Tapi dia membiarkan saja. Ciuman Cesco turun ke leher, menyedot setiap inci kulit halus dan bersih itu hingga berbekas merah. Nicky mendesah dan membiarkan Cesco bersikap sangat agresif terhadap tubuhnya.

Sambil terus menciumi, tangan Cesco menarik sweater Nicky ke atas. Sekejap sweater itu tercampak ke lantai. Bibir Cesco liar menelusuri setiap lekuk tubuh Nicky. Menghisap dan menjilati kedua puting merah jambu lembut itu dengan lihai, kemudian dengan nakalnya pindah pada ketiak Nicky yang telah tercukur licin, kanan dan kiri. Nicky memejamkan mata sambil meringis kegelian, karena dia memang sensitive pada ketiaknya.

Setelah menciumi dengan gerakan erotis pada bagian perut, kini Cesco meraih resleting celana Nicky dan membukanya. Ia berlutut dan melahap penis Nicky yang tegak. Nicky mengerang menikmati hisapan Cesco yang sangat berpengalaman itu pada penisnya.

Nicky yang telah bugil berdiri sambil kedua tangannya berpegangan pada pinggir meja dan sofa, mengimbangi sodokan kepala Cesco yang sangat bernafsu menghisap penisnya. Cesco terus menghisap dan menjilati penis Nicky, mengulum kepala penis hingga penisnya yang tadi putih bersih menjadi mengkilat dan merah, sementara tangan Cesco liar bergerak meremas kedua belah pantat Nicky yang padat berisi. Dua jarinya masuk menggali ke lubang anus Nicky yang agak sempit karena sudah setahun tidak pernah dimasuki penis Cesco.

Beberapa saat kemudian sperma kental milik Nicky melesat keluar dan tumpah ke mulut Cesco yang masih mengulum penisnya. Nicky merasa sangat puas. Cesco cepat berdiri, lalu membuka seluruh pakaiannya. Kini Nicky dapat menyaksikan tubuh gagah 'patung yunaninya' dalam keadaan bugil. Penisnya yang sangat besar tampak berdiri dengan gagahnya. Cesco meraih tubuh Nicky, lalu tangannya meraih pantat Nicky dan jarinya masuk kembali ke anus Nicky.

Cesco tampak ragu-ragu mau memasukkan penisnya ke anus yang sempit itu. Satu-satunya kendala dalam hubungan sex mereka adalah ukuran anus Nicky yang tidak sesuai untuk penis Cesco yang superbesar itu. Padahal Cesco baru puas kalo sudah analsex.
"Tidak apa-apa, Cesco. Masukkan saja.." pinta Nicky di tengah deru napasnya.
Perlahan Cesco memasukkan penisnya. Nicky meringis kesakitan. Cesco tidak sampai hati dan hanya memasukkan sedikit saja bagian penisnya ke dalam anus itu.

Mereka kemudian jatuh kelelahan ke lantai yang dihampari ambal tebal Nicky memandang Cesco bahagia. Cowok itu lekat memandang Nicky. Mengusap keringat yang menempel di wajah innocent itu dengan penuh cinta. Lalu puas mendaratkan dengan lembut bibirnya untuk mencium setiap inci wajah manis Nicky.
"Aku tidak bisa hidup tanpamu, Sayang," bisik Cesco lembut, sambil mengecup hidung Nicky.
Tubuh Nicky tenggelam dalam pelukan tubuhnya yang kekar dan sangat rapat. Nicky membelai punggung dan wajah Cesco yang sedang berada di atas tubuhnya itu, hingga Cesco terlelap di dada putih Nicky.

*****

Cesco terbangun dan kaget saat mendapatkan Nicky tidak ada di sisinya. Cepat dia bangkit dan berkeliaran dalam keadaan bugil mencari Nicky dengan bingung. Ternyata Nicky tengah berada di dapur, mengaduk kopi. Cesco menghembuskan napas lega.

"Mau kopi?" tanya Nicole dengan suara agak manja, persisi seperti yang dilakukannya dulu-dulu.. tatkala mereka masih bersama.
Cesco tertegun, ada binar di matanya. Cepat cowok handsome itu mengangguk. Dengan sigap Nicky mengambil mug kesayangan Cesco, menuangkan kopi ke dalamnya lalu memberikannya pada Cesco. Cesco meraih pinggang Nicky dan mendudukkan tubuh itu di pangkuannya. Nicky tertawa. Cesco meminum kopinya dengan bahagia.

"Nicole. Kenapa anusmu menjadi begitu sempit? Kamu tidak pernah berhubungan selama ini, ya?"
Nicole tersipu-sipu menggeleng.
"Ah, bahagianya aku memiliki dirimu yang begitu setia.." puji Cesco tulus seraya mencium tengkuk Nicky dengan sayang. Nicole menunduk.

Pagi itu Cesco dengan manja meminta Nicky memandikannya di bawah shower. Mereka pun saling memandikan. Tapi lagi-lagi Cesco yang berperan sebagai si agresif. Puas menikmati dan membelai seluruh tubuh Nicky di bawah guyuran shower, Cesco meminta Nicky untuk membiarkannya mengulang lagi memasukkan penisnya ke anus Nicky yang dulu sempat gagal.

Cesco menyabuni banyak-banyak lubang pantat itu, lalu mendorong penis besarnya ke dalam. Nicky menggigit bibir menahan sakit, meski Cesco melakukannya dengan hati-hati sekali. Lumayan berhasil, meski tidak seluruh penis Cesco sukses tenggelam ke dalam lubang tersebut. Cesco dengan lembut bertanya apa Nicky sudah merasa nyaman dan tidak sakit lagi. Nicky mengiyakan. Barulah Cesco mulai membuat gerakan mendorong dan turun naik, dibantu Nicky yang juga mendorong pantatnya ke arah Cesco. Tidak lama sperma Cesco tumpah dan memenuhi lubang sempit itu. Keduanya merasa terpuaskan. Perlahan dan hati-hati sekali Cesco menarik kembali penisnya.

Selesai mandi mereka berjalan ke arah kamar sambil masih berciuman. Cesco tidak puas-puasnya mencium bibir tipis merah Nicky itu. Pada saat Nicky ingin mengenakan celana, Cesco menahannya. Ditolaknya tubuh Nicky dengan lembut ke atas bed. Nicky dengan heran menurut. Cesco merenggangkan kaki Nicky selebar mungkin.
"Ada apa sih, Cesco?" tanya Nicky terheran-heran.
"Aku mau lihat anus kamu terluka tidak? Kamu ngerasa sakit tidak?" tanya Cesco dengan nada khawatir.
"Nggak apa-apa tuh. Aku nggak ngerasa sakit kok," Tapi Cesco tak percaya.

Dengan teliti diperhatikannya lubang anus yang merah menggoda itu. Ditelusurinya dengan jarinya dengan pelan dan lembut. Setelah yakin memang tidak terluka, hanya agak meradang memerah saja, barulah Cesco meraih sebuah cream pelembab lalu mengoleskan tebal-tebal ke sekeliling lubang anus itu, juga kelipatan pantat Nicky yang bulat padat. Nicky bahagia merasakan perhatian Cesco yang masih tidak berubah padanya, masih seperti dulu.

Satu hari itu mereka terus berada terus berada diapartemen tersebut. Serasa bulan madu saja. Nicky lupa pada apartemen lamanya. Pada Robert yang menunggunya dengan cemas. Yah, karena kini dia telah berjumpa kembali dengan Cesco dan merasa bahagia dengan kembalinya cinta yang diberikan cowok gagah itu kepadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text


ShoutMix chat widget

Sample Text