Kamis, 18 Agustus 2011
Alangkah sungguh bahagianya aku
Rabu, 17 Agustus 2011
I’M STILL LOVING U
Itulah kalimat yang tertulis dichat jejaring sosial. Dan kemudian gw pun menjawab
“boleh……”,
selang beberapa detik kembali muncul kalimat
“anak mana?”
“tinggal dimana?”
Dan bla bla bla…..Biasa banget seh memang, tapi dari perkenalan itulah kemudian muncul rasa sayang yang tak bisa dihilangkan hingga saat ini.
Ini adalah pengalaman pribadi gw yang pengen gw ceritain ke loe semua. Gw andre (nama samaran),gw masih kuliah di salah satu perguruan tinggi dijakarta dan gw anak terakhir dari dua bersaudara. Gw kenal dengan adi (nama samaran) lewat jejaring social facebook.Kemudian kita membuat janji untuk bertemu disalah satu pusat perbelanjaan dijakarta timur.Setelah bertemu kita pun saling ngobrol menayakan keadaan masing-masing.
Teryata dia juga masih kuliyah di salah satu perguruan tinggi negeri diyogyakarta tetapi sedang liburan sehabis UAS dan pulang kejakarta. Berbeda dengan gw dy dari keluarga yang lumayan berada dan dia lebih muda dari gw. Sebenarnya dia bukanlah tipe lelaki idaman gw karena sebenarnya gw lebih suka dengan lelaki yang lebih tua dari gwtetapi dia lebih dewasa dari pada gw. Mungkin karena dia anak pertama kali ya makanya sikapnya lebih dewasa, sehingga gw membuat pengecualian terhadap dia.
Dari pertemuan itulah gw merasa ada yang beda dengan perasaan gw. Gw jatuh cinta pada pandangan pertama.Gw jatuh cinta dengan orang yangberwajah tampan, berkulit putih, berkacamata dan mempunyai bibir yang sexy menurut gw dan tingginya kira-kira 180cm yang sedang duduk didepan gw. Sempat gw salah tingkah dibuatnya tapi untungnya gw masih bisa mengendalikan diri dan besikap sewajarnya kepada dia.
Hari pun terus berganti setelah pertemuan pertama gw dengan adi. Tapi gw ga bisa melupakan wajah tampan adi. Bayanganya selalu ada dalam fikiranku. Tapi entah mengapa setelah kita bertemu ngga ada kabar dari dia setiap sms dan chat yang gw kirim ke dia ngga pernah dibales, telfon ga diangkat. Hampir saja gw putus asa dan menyerah buat melupakan dia tapi kemudian dia telfon dan menanyakan keada’an gw dan minta untuk bertemu dengan gw, dan tanpa basa basi gw pun mengiyakan ajakan dia buat bertemu.
Akhirnya gw pun memberanikan diri buat menyatakan cinta gw kepada adi. Dan ternyata cinta gw pun diterimanya. Gw merasa bahagia saat itu karena dia juga merasakan apa yang gw rasakan selama ini terhadapnya
intensitas pertemuan kita pun semakin sering, dan gw pun diajak kerumah dia diwaktu rumah dia lagi sepi, kemudia gw pun diajak kekamar dia dan ngobrol dikamarnya. Dia pun menunjukan koleksi film gay porno ke gw dan gw pun terhanyut akan suasana bersama dia. Ngga sengaja gw melihat tonjolan diselangkangan dia dan lama sekali gw mengamati tonjolan terindah yang pernah gw lihat dan beruntungnya aku tonjolan itu adalah milik orang yang gw sayangidan sekarang berada didepan gwternyata dia mengetahui kalau gw mengamati tonjolan yang ada diselangkangan dia malu gw dibuatnya, tak lama dia menawarkan tonjolan tersebut untuk gw oral dan tanpa menunggu lama gw pun langsung memasukan kedalam mulut gw dan memainkanya bagai anak kecil yang dikasih permen lolipop.
Gw masukan kontol dia kedalam mulut gw dan bersamaan dengan itu terdengar suara desahan yang keluar dari mulut dia “AaahHHhhhhhh Aahhhhh ahhHHH aUwWw Shit enak banget”. Gw percepat gerakannya keluar masuk kontolnya sampai akhirnya dia menjambak rambut gw dan menekan kontolnya dalam-dalam kemulut gw ”aAAHhhh AaaahhH ahhh mo keluar nehh gw ngga tahan lagi ahh ahh” dan CCcroOOOt crOOOot cRRRRoot keluar pejuh dia didalam mulut gw “anjrit enak banget seh” erangnya. Gw pun meminum habis pejuh sampai tak tersisa sambil gw jilatin kontol dia.
Kemudian dia menyuruh gw untuk tidur diatasnya, bibir gw dilumatnya habis. dalam hati gw berkata “wow jago juga adi ciumanya” ciuman yang begitu hot yang pernah gw rasakan.tak lama lagi gw rasakan kontol dia menegang kembali, diapun menidurkanku, diambilnya gel dan dioleskan kekontol dia dan kedalam anus gw kemudian diapun mengatur posisinya agar supaya pas dengan lubang anus gw. Dimasukanya perlahan2 kedalam anus gw dan bless masuklah kontol dia kedalan anus gw rasa sakit menyeruak terasa dianus gw tapi ngga gw hiraukan rasa sakit itu, dia berhenti sejenak melihat muka gw yang memerah menahan rasa sakit, dia pun bertanya” kamu g pa2 kan?” “ga papa lanjutkan ja di” jawabku.
Digerakan pantatnyamaju mundur dengan perlahan “Aaahh ahhhHHAahh” desahanya. Lama kelama’an gw pun merasa terbang merasakan nikmat yang sangat..”TeruS di, Terus ayo lebih cepat” kataku dia pun tersenyum dan mempercepat gerakannya. Kami berdua pun mendesah keenakan “ahh ahhh YyeEEees wow nikmatnya Aahhh” gw menjerit keenakan waktu terasa kontol dia mentokdianusku, kembali dia tersenyum mengetahui gw keenakan dan mengulangi gerakan tersebut berkali-kali dan tak menghiraukan desahan2 gw yang agakkeras “Aahhh ahHhhhhh” gw peluk dia kencang2 sambil mencengkeram punggung dia menahan sensasi kontol dia didalam anus gw yang mentok, tiba tiba dia berkata “ndre sakit neh…..” teryata dia kesakitan saat gw mencakar punggungny waktu gw peluk dia.
Diapun mempercepat gerakanyadan tak lama dia berkata”gw mo keluar neh, keluarin dmana? Ahhhh” sambil mendesah keenakan “udah didalem aja” jawabku.diulanginya lagi dia menghentakan gerakan pantantnya berkali2 hingga gw merasakan ada yang mentok dianus gw “Aahhhhhh mo keluar neh mo keluar” dan CRRRoooot cRROOOOOOOOOt terasa cairan yang hangat meleleh didalam anus gw. Direbahkan badanya diatas gw dengan kontol masih tertancap didalam anus gw diiringi suara nafas dia yang ngos ngosan karena kecapean dan keringat yang sudah membasahi seprei kamarnya dari tadi..gw peluk dia sambil kuciumi mulut dan wajah tampannya.
Setelah lumayan lama tidur diatas gw dia pun bangun dan berkata “kamu g dikeluarin?” gw jawab “g usahlah, gw dah seneng kok kalau kamu dah seneng”. Yah begitulah sifat gw, gw sudah merasa puas dan senang kalau pasangan gw dah merasa puas. Kemudian gw pulang dengan meninggalkan bekas cakaran dipunggung dia.
Sejak itu kita sering ketemuan ,jalan dan em el dirumahnya. Tapi itu ngga bertahan lama, tanpa sebab dia memutuskan gw tanpa sebab dan alasan yang jelas. gw sakit, binggung, marah, dan kesal mendengarnya tapi gw ga bisa buat membenci dia sebab gw sangat sayang sama dia. Dia ga menghubungi gw lagi, dia menghilang entah kemana, telfon dan sms g pernah dijawab maupun dibalas.
Dua minggu kemudian dia telfon dan bilang kalau dia udah ada dijogja buat nglanjutin kulyahnya, saat itu gw marah sekaligus senang karena akhirnya dapat kabar dari dia. Gw marah2 ma dia, gw maki2 dia tapi dia tetap terima dan minta maaf ma gw, dia juga bilang kalau dia masih sayang dan cinta ma gw dan terpaksa mutusin gw, diapun menjelaskan alasannya mengapa dia tiba2 mutusin gw dan g ngasih kabar, akhirnya gw terima keputusan dan alasan dia karena gw masih sayang banget sama dia. Sejak saat itu kami masih berhubunganlewat telefon dan chatmaupun sms sampai sa’at ini. Dan Kita sama2 tau kalau kita masih sayang dan cinta satu sama lain tapi karena kea’adan dan jarak mengaharuskan kita berteman. Dan gw berharap semoga disaat gw bertemu dengan dia gw bisa pacaran ma dia lagi. Buat adi gw akan selalu sayang dan cinta sama loe
Sabtu, 23 Juli 2011
O
“Hhohh.. Aahh..” desahku saat kubiarkan dia memelukku lagi. Lalu kini gantian saya yang berbicara.
“Oohh.. Yaa.. Gue pengen dingentot.. Aahh.. Gue pengen berhomoseks ama abang.. Oohh.. Tolong ngentotin gue, Bang.. Hhoosshh.. Kontol abang.. Aahh.. Gede sekali.. Gue suka kontol.. Aahh..”
“AARRGGHH!! AAHH!! sakit sekali, Bang! AARRGGHH..!! Ayo, terus! AARRGGHH!! ngentot yang keras.. AAHH.. OOHH!!” Meskipun sakit, kupaksakan diriku karena saya memang butuh kontol.
“AARRGGHH!! UUGGHH!! OOHH!!”
“Oohh.. Aahh.. Hhoohh.. Oohh.. Hhoosshh..” napas abang itu menderu-deru seperti banteng ngamuk.
“Aahh.. Oohh.. BANGSAT! aahh.. Ketat banget pantat loe.. Aahh..”
“Ngentot terus.. AAHH.. OOHH.. Ngentot! aahh.. Negntot terus! oohh..!!”
“AARRGGHH!!” Kontolnya akhirnya meledak, memuncratkan pejuh berliter-liter.
“AARRGGHH!! UUGGHH!! OOHH!! AARRGGHH!!” Orgasme menyiksa tubuhku dan saya harus menggeliat-geliat, menahan kenikmatan.
“Abang suka ama lobang pantat gue?” tanyaku, membalikkan tubuhku dan memandangnya.
Rabu, 20 Juli 2011
Love is Life
Sementara itu. Andi masih menemani Rivan sampai malam. “Ndi, kamu ga pulang? Ntar keluarga kamu nyariin lagi,” kata Rivan. “Ga, lagian ntar kamu sendirian ga ada yang jaga. Aku tadi udah bilang sama mama kalo aku mau nginep ditempat temen,” Andi membalas. “Tapi aku kan udah ga apa-apa, lagian aku ga enak sama kamu,”. “Udah nyantai aja lagi, aku ikhlas kok,”. “Makasih ya Ndi,”. “Iya, sama-sama,”. “Oh iya Van, ada yang mau aku omongin,” lanjut Andi. “Mau ngomong apa Ndi?” tanya Rivan. “Tapi kamu harus janji dulu,”. “Janji apa?”. “Janji kalo kamu ga bakal ngomongin ini kesiapa-siapa,”. “Emang mau ngomong apa sih? Kok pake janji-janjian dulu?” Rivan pun bangkit dan duduk bersandar di kasur. “Pokoknya kamu harus janji dulu,” Andi memaksa. “Iya janji. Udah, sekarang ayo ngomong,” Rivanpun menurut. “Van, sebenernya aku itu…” Andi menghentikan kata-katanya. “Sebenernya apa Ndi?” tanya Rivan penasaran. “Sebenernya aku itu GAY, Van. Dan aku mencintaimu,” Andi menundukkan kepalanya. “Apa?? Kamu Gay?” Rivanpun terkejut mendengar pengakuan Andi. “Aku udah ga bisa mendem perasaan ini lagi Van, dari dulu aku sudah mencintaimu. Aku tau aku salah, dan kamu boleh merasa jijik atau menjauhiku. Tapi, aku sudah mengatakan yang sebenernya,” ujar Andi dengan air matanya yang hendak keluar. “Ndi, aku ga akan pernah merasa jijik atau pun bakal ngejauhinmu, tapi aku belum bisa menjawab cintamu. Karena saat ini, ada seseorang yang sedang bernaung dihatiku,” Rivan menjelaskan. “Siapa?” tanya Andi. “Dia itu sahabat aku dari kecil,”. “Mayang?”. “Bukan, dia adalah Nanda,”. “Apa?? Jadi…kamu juga Gay?” tanya Andi meyakinkan. “Iya Ndi. Karena yang selalu ada buatku, yang selalu mengisi hari-hariku adalah Nanda. Dan aku minta maaf, aku tidak bisa menerima cintamu Ndi,” jawab Rivan. Suasana seketika hening diruangan tersebut. “Tapi, akankah kamu masih mau berteman denganku Van?” tanya Andi memohon. “Ya tentulah, aku pasti akan selalu jadi temanmu,” Rivan tersenyum manis. “Makasih Van,”. “Iya,”.
Sementara itu. Andi masih menemani Rivan sampai malam. “Ndi, kamu ga pulang? Ntar keluarga kamu nyariin lagi,” kata Rivan. “Ga, lagian ntar kamu sendirian ga ada yang jaga. Aku tadi udah bilang sama mama kalo aku mau nginep ditempat temen,” Andi membalas. “Tapi aku kan udah ga apa-apa, lagian aku ga enak sama kamu,”. “Udah nyantai aja lagi, aku ikhlas kok,”. “Makasih ya Ndi,”. “Iya, sama-sama,”. “Oh iya Van, ada yang mau aku omongin,” lanjut Andi. “Mau ngomong apa Ndi?” tanya Rivan. “Tapi kamu harus janji dulu,”. “Janji apa?”. “Janji kalo kamu ga bakal ngomongin ini kesiapa-siapa,”. “Emang mau ngomong apa sih? Kok pake janji-janjian dulu?” Rivan pun bangkit dan duduk bersandar di kasur. “Pokoknya kamu harus janji dulu,” Andi memaksa. “Iya janji. Udah, sekarang ayo ngomong,” Rivanpun menurut. “Van, sebenernya aku itu…” Andi menghentikan kata-katanya. “Sebenernya apa Ndi?” tanya Rivan penasaran. “Sebenernya aku itu GAY, Van. Dan aku mencintaimu,” Andi menundukkan kepalanya. “Apa?? Kamu Gay?” Rivanpun terkejut mendengar pengakuan Andi. “Aku udah ga bisa mendem perasaan ini lagi Van, dari dulu aku sudah mencintaimu. Aku tau aku salah, dan kamu boleh merasa jijik atau menjauhiku. Tapi, aku sudah mengatakan yang sebenernya,” ujar Andi dengan air matanya yang hendak keluar. “Ndi, aku ga akan pernah merasa jijik atau pun bakal ngejauhinmu, tapi aku belum bisa menjawab cintamu. Karena saat ini, ada seseorang yang sedang bernaung dihatiku,” Rivan menjelaskan. “Siapa?” tanya Andi. “Dia itu sahabat aku dari kecil,”. “Mayang?”. “Bukan, dia adalah Nanda,”. “Apa?? Jadi…kamu juga Gay?” tanya Andi meyakinkan. “Iya Ndi. Karena yang selalu ada buatku, yang selalu mengisi hari-hariku adalah Nanda. Dan aku minta maaf, aku tidak bisa menerima cintamu Ndi,” jawab Rivan. Suasana seketika hening diruangan tersebut. “Tapi, akankah kamu masih mau berteman denganku Van?” tanya Andi memohon. “Ya tentulah, aku pasti akan selalu jadi temanmu,” Rivan tersenyum manis. “Makasih Van,”. “Iya,”.
Selasa, 19 Juli 2011
Boy Love Story
Solok, 19 Desember 2009 Pemuda itu terlihat sangat murung, ia duduk di sana dari pukul 2 siang tadi, dan skarang waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam Dengan rasa ingin tahu dan membantu, ku coba beranikan diri untuk menghampirinya, “Hai” sapaku membuka percakapan. “Ya, ada apa ?” balasnya dengan nada yang sendu.”Namaku Ari, kalau boleh tahu, siapa namamu ?”,”Oh, namaku Fakhrul, ada apa ri ?” tanyanya untuk kedua kali. “Nggak ada apa-apa kok, oh ya, kamu sedang apa disini ? Bukannya kamu sudah dari tadi duduk di tempat ini ?” tanyaku secara beruntun. Namun dia hanya menarik nafas panjang, dan itu buatku semakin bingung dan kehabisan kata-kata. “Sebenarnya aku lagi ada masalah di rumah ri”. Ucapnya memecah kebisuan yang sempat terjadi di antara kami. “Oh,,, kalau kamu gak keberatan, kamu bisa cerita sama aku, tapi kalau kamu keberatan juga gak papa, toh kita juga baru kenal”.”Hhmmmmm,, gak papa kok” dia tersenyum ke arahku, dan saat itu kumerasa ada sesuatu yang berdesir di dadaku. Tapi saat itu ku tak terlalu ambil pusing soal itu.
———– Beberapa Menit Kemudian ———-
“Oh jadi begitu masalahnya, kalau begitu kamu sekarang gak pulang ke rumah ?” tanyaku. “Begitulah ri”,”Kalau gitu kamu nginap di rumah ku aja malam ini” tawarku tanpa maksud apapun selain berbaik hati. “Kamu serius ? Kita kan baru kenal…”,”iya aku serius, yuk kerumah ku” Sambil bercakap-cakap kami masuk rumah dan aku memperkenalkan Fakhrul kepada orang tuaku dan mereka wellcome terhadap Fakhrul, selain tampan,putih dan lumayan tinggi, tutur katanya juga sopan. Dan mungkin itu salah satu sebab orang tuaku wellcome padanya ( satu hal tentang orang tuaku, mereka over-protected terhadapku karena aku anak satu-satunya ).
Setelah berbincang-bincang sama orangtuaku, aku mengajaknya untuk tidur karena jam rumahku sudah berdentang sebanyak sebelas kali, yang berarti skarang sudah pukul 11 malam. Tak banyak yang terjadi malam itu, kami hanya bicara tentang sesuatu yang tak ada ujung pangkalnya, dari sana aku dapati bahwa ternyata Fakhrul satu sekolahan denganku dan juga seumuran denganku, namun ia baru masuk 3 hari yang lalu dan baru masuk sekolah senin depan karena baru pindah ke daerah Solok ini.
Minggu, 20 Desember 2009 Perlahan namun pasti, pagi datang menjelang dan cahaya matahari mulai memasuki jendela kamarku yang tak bertirai. Ada alasan mengapa kau tak memasang tirai di jendela ku, selain kamarku terletak di lantai dua, aku juga agak susah bangun jika suasana masih gelap. ( Back to Story ) Aku mengucek mataku dan melihat jam dinding yang ku gantung di dinding kamarku yang sudah menunjukkan pukul 6:15 pagi. Aku coba untuk bangunkan Fakhrul yang masih tidur di kasur tambahan yang biasa di simpan di bawah tempat tidurku. Karena ini hari minggu, aku mengajaknya untuk jogging, “Rul, jogging yuk, mumpung hari minggu nih…” ajakku. “Mau aja sih ri, tapi aku gak bawa celana training sama sepatu olah raga nih, kan kemaren juga kebetulan ketemu kamu” balasnya. “Tenang aja kalau masalah itu mah, yuk cuci muka sama gosok gigi dulu” Dia pun mengangguk dan mengikutiku ke kamar mandi. Saat menggosok gigi, tak sengaja pandangan kami bertemu, dia tersenyum dengan buih pasta gigi yang kluar di sela sela bibirnya, sontak aku pun tertawa melihatnya seperti itu. Dia pun juga tertawa karena melihatku tertawa. Setelah smua persiapan selesai, kami pun mulai jogging dari rumah ku ke arah GOR yang memang di jadikan pusat kegiatan olah raga di Solok ini. Sepanjang perjalanan ( atau pelarian kali ya ?? ) ke tempat tujuan, kami bercanda ria dan itu membuatku semakin akrab dengannya. Sesampainya di puncak GOR, kami beristirahat di lapangan sambil minum air putih yang sudah ku bawa dari rumah. Fakhrul berencana akan pulang hari ini, dan itu membuatku sedikit lega karena dia mau juga pulang dan menyelesaikan masalah dengan orang tuanya. Sekitar jam 8.00, kami memutuskan untuk kembali kerumahku. Setibanya di rumahku, aku mengajaknya untuk mandi karena kami telah berkeringat dan pagi itu juga lebih panas dari biasanya. Kami mandi bersama hanya dengan menggunakan celana dalam saja. Tanpa rasa apapun, aku mandi secara wajar di sebelahnya, dan dia pun sama, tak ada keganjalan dalam sifatnya saat ini. Sehabis mandi, kami berpakaian dan bersiap meluncur ke rumahnya yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Kami berpamitan dan pergi ke rumah Fakhrul dengan vario hitam kesayanganku. Sekitar 5 menit perjalanan dan kami pun sampai di rumah Fakhrul. Rumah yang lumayan besar dengan halaman yang cukup luas dan taman yang indah. Aku pun mengikutinya masuk rumah setelah di persilahkan, aku kaget karena begitu masuk, mamanya memeluknya dengan erat dengan mata yang berkaca-kaca seperti habis menangis. Jelang beberapa saat, Fakhrul memperkenalkan aku kepada ibunya, ada sesuatu yang aneh yang kutangkap dari tatapan mata ibunya. Namun aku segera membuang jauh-jauh pikiran itu. “ri, ikut aku kemarku yuk !” ajaknya yang membuatku sadar dari lamunanku.”hmmm,, yuk” jawabku. Kembali aku ternganga melihat isi kamarnya, Biru mendominasi suasana kamarnya, sebuah spring bed king size dengan aplikasi bed cover lamborghini berwarna kuning dengan latar biru membuatnya semakin terkesan mewah. Poster-poster penyanyi dan beberapa group band ternama menghiasi tembok kamarnya. Di depan tempat tidurnya terdapat sebuah TV LCD berukuran 29” dengan Playstation dan DVD player bersama susunan kaset yang tertata apik. Di sebelahnya terdapat 2 meja yang salah satunya berisi seperangkat komputer dan yang lainnya berisi buku-buku pelajaran. Di sudut ruangan ku dapati sebuah lemari besar yang berisi pakaian-pakainnya. Juga ada sebuah rak sepatu yang penuh akan tumpukan sendal dan sepatu model-model terbaru. Tapi perhatianku tertuju pada sebuah foto yang di dalamnya terdapat 2 orang yang terlihat begitu akrab, salah satunya adalah Fakhrul dan yang satunya lagi seseorang yang terlihat lebih tua 1 atau 2 tahun darinya. “Ri !!!!!!!!!!!” teriaknya dan membuyarkan kekagumanku. Aku kaget dan membalas teriakannya “ APA ? Gak usah teriak kali, aku bukan orang tuli” umelku kesal. “Ya kamu sih, dari tadi di panggil gak nyaut-nyaut, apa namanya coba ?” “Hehehe, sori-sori, eh Rul, ini siapa ? kok aku gak liat dia dari tadi,, kakak kamu ya Rul ?” tanyaku. “Oh itu…..” kata-katanya tertahan dan matanya mulai berkaca-kaca. “Kamu kenapa Rul ?”, “eh, gak papa kok. Itu cuman teman masa kecilku”. “oooo,, tapi kok kamu,,,” ,”ah udahlah, tanya yang lain aja OK ?”. “Ya udah”, tutupku dengan tanda tanya yang semakin bertambah di otakku. 2 jam sudah aku di rumahnya, dan aku pun permisi kepada Fakhrul dan mamanya untuk pamit pulang. Dalam perjalanan pulang, pertanyaan yang tak kudapatkan jawabannya tadi kembali menggema dari salah satu sudut kepalaku. “Kenapa sih mamanya Fakhrul kayak gak suka sama aku ? Terus laki-laki yang berfoto bersama Fakhrul itu siapa ya ?” tanyaku pada diri sendiri.
Sesampainya di rumah, aku beres-beres di kamarku dan tertidur karena capek. Namun itu tak berlangsung cukup lama, karena aku merasa ada yang mengganggu tidurku. Aku bangkit dari tidurku dan merasa agak pusing karena tidurku terganggu. Perlahan tapi pasti aku mulai sadar dan melihat siapa yang telah mengganggu tidurku tadi. Ternyata itu Fakhrul, dia tersenyum tengil ke arahku, aku pun melempari dia dengan bantal yang ada dalam genggamanku. Lemparan ku tepat mengenai mukanya, dan akupun tertawa terbahak-bahak. 5 detik berlalu dan Fakhrul tak kunjung bangkit. Aku jadi cemas dan mulai terpikirkan yang aneh-aneh. “Rul… rul… Fakhrul, kenapa sih ni anak, masa di lempar bantal doang pingsan ?” kucoba liat lebih dekat wajahnya yang memang tampan itu, namun tiba tiba dia bangun dan segera ingin duduk, bibir kami bertemu dan sepertinya waktu terhenti untuk sementara……… Sesegera mungkin aku berdiri dan memalingkan mukaku ke arah lain. Kebingungan dan kebisuan mencuat di antara kami…………… Mungkin karena merasa bersalah,Fakhrul mencoba untuk minta maaf kepadaku “Sori Ri, aku gak bermaksud…..” “gak papa, aku tau kamu gak sengaja” selaku. Sejurus kemudian, aku meninggalkan Fakhrul di dalam kamar menuju kamar mandi. “Apa yang terjadi barusan ?”,“Kenapa aku merasa senang dan bingung dalam waktu yang sama tadi ?”,”Apakah aku menyukai Fakrul?”,”Tapi gak mungkin,kami kan sama-sama lelaki?”, beribu pertanyaan dilontarkan oleh hatiku, dan tak satupun yang bisa kujawab. Kemudian aku putuskan untuk kembali menemuinya di kamar, namun ternyata dia sudah pulang tanpa pamitan kepadaku. Hanya ada sebuah kertas kecil di atas meja belajarku yang berisi : “Ri, maaf ya aku gak pamit sama kamu pulangnya, soal kejadian tadi, aku bener-bener gak sengaja, sueerrr……… dan kuharap kamu gak berpikiran yang aneh-aneh tentangku. Sorry banget ya Ri. Fakhrul Ku mematung membaca tulisan itu. Satu-satunya hal yang aneh saat ini di otakku bukannya dia, namun diriku sendiri. Kenapa bisa aku merasa senang ? apakah aku ???? Akhirnya sore itu aku cuma bisa merenungi dan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar di dalam kepalaku sampai malam menjelang dan akupun tertidur dengan berjuta pertanyaan yang masih belum terjawab.
Senin, 21 Desember 2009 Pagi kembali menyapaku dengan siulan burung camar di luar jendela kamarku. Saatnya ku kembali jalani rutinitas seperti biasa, yang sebentar lagi mungkin akan berubah karena kejadian kemaren sore. Namun ku buang jauh-jauh pikiran itu karena ku tak mau terlambat datang ke sekolah gara-gara memikirkan hal yang tak kunjung dapat jawabannya itu. Setelah mandi dan berpakaian, kuraih tasku yang berada di meja belajarku, ku segera berpamitan kepada orang tuaku. Ku hidupkan vario hitam kesayanganku dan mengendarainya dengan kecepatan sedang ke sekolahku.
Pukul 7:15 WIB di lapangan sekolah Seperti biasa di setiap sekolah selalu di adakan upacara bendera pada hari senin. Ku cari-cari sosok Fakhrul yang telah memberikan berjuta pertanyaan di dalam otakku. Namun pencarianku tak membuahkan hasil. Dia tak ada di lapangan ini. Ada sedikit kecewa di hatiku saat ini, tapi biarlah, mungkin saja dia belum datang atau sengaja berada di kantor guru karena dia adalah murid baru. Hmmph who knows ? Jam tanganku menunjukkan pukul 8:05, sekarang aku berada di ruang kelasku yaitu kelas X1 IPA 1. Pagi ini kelasku akan belajar matematika dengan seorang guru yang agak nyeleneh namun mengasikan yang bernama Bapak Yaswanda. Pak Wan masuk bersama wali kelas ku yang bernama Bu Astika, di belakangnya ada seorang pemuda yang aku kenali. Ya…. itu Fakhrul, itu memang Fakhrul. Pandanganku tak lepas darinya, dia menoleh kearahku kemudian melemparkan senyumannya yang 2 hari ini temani hariku. Seketika kelasku yang semula tenang menjadi riuh karena sibuk membicarakan sosok tampan yang berada di depan kelas. Robi yang duduk di depanku menoleh ke arahku dan menegurku, “Sob, lu udah kenal ya ? kok dari tadi liatnya gitu ?” tanyanya mengagetkanku. “Haa ? oh,, iya, 2 hari yang lalu aku ketemu sama dia di deket rumah Kakek Tono, dia kelihatannya lagi sedih, ya ku samperin deh”,”ooooo” balesnya. “Bulet” plesetku. Kami pun tertawa karenanya. Tiba-tiba bu Astika membuka suara dan membuat kami smua diam. “Anak-anak, hari ini kita kedatangan seorang murid baru, nah tak kenal maka tak sayang bukan ?, silahkan perkenalkan diri ananda” ucapnya ke arah Fakhrul. Fakhrul introducing himself: “Perkenalkan, nama saya Fakhrul Muhammad Muchtar, saya pindahan dari Padang, anak tunggal dari kedua orang tua saya, dan paling hobi belajar matematika”, ucapnya singkat. “Ada yang ingin di tanyakan sama Fakhrul ?” kata bu Asti. “Status skarang gmana ?” teriak sesil yang terkenal centil. “huuuuuuuuuuu” sorak yang lain kearah sesil. “Alhamdulillah anak kandung dan mulai sekarang tercatat sebagai siswa SMA ini” jawabnya sambil senyum dengan sangat manis. Sontak seluruh isi kelas tertawa dengan jawaban yang ia lontarkan. “Sudah-sudah, ayo kita mulai belajar, Fakhrul silahkan duduk di sebelah Ari karena itu satu-satunya bangku kosong di kelas ini”. ucap Bu Asti yang kembali membuat kami diam. Fakhrul melangkah dengan santai ke tempat duduk di sebelahku, setelah menaruh tasnya di meja, dia duduk kemudian menoleh dan kembali tersenyum ke arahku.”Hai Ri, baek kan ?” sapanya. “ya begitulah, kamu juga sehat kan?” balasku berbasa basi. Sebelum Fakhrul sempat membalas ucapanku, Pak Wan telah memulai kalimatnya yang berarti kami harus diam dan memperhatikan beliau menerangkan pelajaran. Tak banyak hal yang terjadi di sekolah hari ini, Fakhrul seakan lupa kejadian kemaren. Atau mungkin dia sengaja tidak menyinggungnya ? Ah sudahlah, biarkanlah perasaan senang kemaren menguap di bawa angin siang ini. Sore ini aku berjanji untuk pergi dengan Fahkrul ke lapangan bola yang ada di dekat rumahku. Jam 5 sore ia sampai dengan Yamaha vixionnya dan segera mengajak ku ke sana. Biasanya lapangan ini ramai karena anak-anak sering bermain bola di lapangan ini, tapi entah kenapa sekarang tidak ada sama sekali yang berada di sini kecuali aku dan Fakhrul. Ada sedikit perasaan senang dalam hatiku karena cuma kami berdua di sini. Aku pun rebahan sambil memandang langit sore yang di hiasi lembayung senja. Hatiku damai dan tentram di saat-saat seperti ini. Fakhrul pun ikutan rebahan di sampingku. “Ri, ada pelangi tuh” ujarnya sambil menunjuk ke arah pelangi tersebut. Ku ikuti arah telunjuknya dan mendapati pelangi tersebut, “Indah” hanya itu kata yang keluar dari mulutku. Fakhrul menoleh ke arahku kemudian tersenyum simpul dan berkata, “memang, Pelangi di ujung senja memang indah, oh ya Ri, mengenai kejadian kemaren…..”.”Ah sudahlah Rul, aku tau kamu gak sengaja”,”Tapi sebenernya aku sengaja Ri” ucapnya lirih. “Ha ? se…se… sengaja gimana ?” tanyaku harap cemas. “ya dari awal kamu nyapa aku malam itu aku ngerasain sesuatu yang lain sama kamu, cara kamu bicara, senyum kamu, kebaikan kamu, dan kurasa ya, aku jatuh cinta sama kamu saat itu” “ CINTA ?” “ya, aku suka sama kamu Ri, aku tau ini aneh dan nggak masuk akal, tapi emang bener, aku suka sama kamu, aku mau kamu jadi pacarku!”. Rasanya bibirku kelu, otakku membeku dan jantungku berhenti berdetak untuk beberapa waktu. “Gimana Ri, kamu mau gak jadi pacarku ?” tanyanya lagi berharap mendapat jawaban dariku. “Nggak taulah Rul, aku masih bingung sama perasaanku sendiri terhadap kamu, berikan aku waktu ya untuk mencari jawabannya ?”, “baiklah, tapi kamu gak bakal ngejauhin aku kan Ri ?” tanyanya sedikit memelas. “gak kok, tenang aja, gimana kalau sekarang kita sahabatan aja ? biarlah waktu yang mengubah perasaanku terhadapmu, ku juga akan berusaha untuk menyukaimu. Tapi aku tak janji ya kalau aku akan bisa menyukaimu?”.”Selama kamu masih bisa temani hariku, aku kan setia menunggu jawabanmu Ri, thanks ya Ri” ucapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Senja mulai beranjak di gantikan malam yang sedari tadi hendak menyelimuti. Kami pun beranjak dari lapangan itu. Tiba-tiba sebuah mobil sedan corolla hitam berhenti di depan kami. Seorang pria yang kira-kira berumur 20-an itu keluar dari mobil dan berjalan ke arah Fakhrul. Sejurus kemudian, dia memeluk Fakhrul dan mengecup keningnya sembari berkata, “Dek jangan tinggalin kakak lagi ya ?”ucapnya lirih .